Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai delapan persen. Untuk mencapai angka ambisius tersebut, strategi dual track economy dinilai menjadi pendekatan paling realistis dan efektif.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) sekaligus Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI Hery Gunardi menekankan pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen tidak dapat dilakukan secara instan.
“Nah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi delapan persen ini, dapat diterapkan secara double atau dual track economy strategy,” ungkap Heri, dalam Big 40 Conference yang digelar secara virtual, Senin, 8 Desember 2025.
Dalam skema dual track economy, jalur pertama akan berfokus pada hilirisasi padat modal. Sektor ini mencangkup industri seperti nikel, migas, dan komoditas lain yang membutuhkan investasi besar dan berorientasi pada peningkatan nilai tambah.
|Baca juga: Ketua Perbanas Sebut Banyak Negara di ASEAN Ingin Punya Bisnis Bank di Indonesia
Menurut Heri, agenda hilirisasi pada padat modal tetap menjadi pilar penting karena mampu mengangkat produktivitas nasional dalam jangka panjang. Di sisi lain, kredit perbankan masih sangat dibutuhkan untuk mendukung pembiayaan sektor ini.
“Nah kredit perbankan ke sektor padat modal ini tetap penting ya, namun kontribusinya pada serapan tenaga kerja relatif lebih kecil, di bawah tiga persen,” ujarnya.
Jalur kedua dari strategi ini adalah hilirisasi padat karya. Sektor ini mencakup manufaktur, pabrik, pertanian, makanan dan minuman, konstruksi, hingga perdagangan yang secara keseluruhan menampung sekitar 75 persen tenaga kerja nasional.
“Namun insentif ke sektor ini relatif belum terlalu optimal. Nah rekomendasi kebijakannya adalah keringanan pajak, subsidi upah, dan skema penjaminan kredit sektor berisiko tinggi. Namun strategi tentu diperlukan,” ucap Heri.
Menurut perhitungan OCE Perbanas (Desember 2025) kenaikan 10 persen daya beli pekerja padat karya diasosiasikan dengan kenaikan PDB sekitar 0,9 persen. Transmisi utamanya melalui multiplier effect konsumsi, mengingat 75 persen terdorong didorong oleh pertumbuhan hilirisasi sektor padat karya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
