1
1

Tarif AS Buat Inflasi Global Turun, Bos BI: Ekonomi Dunia Juga Berpotensi Melambat!

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. | Foto: Bank Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menilai kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) mulai menekan permintaan global sehingga berdampak pada turunnya tingkat inflasi dunia.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut kecenderungan inflasi global melemah lebih cepat karena dampak dari penurunan permintaan, meski pertumbuhan ekonomi dunia juga berpotensi melambat.

|Baca juga: BI Catat Transaksi E-Commerce Tembus Rp44,4 Triliun

|Baca juga: BI Ramal Tarif Resiprokal AS Bikin Ekonomi Dunia Ambruk

“Dampak terhadap penurunan inflasi itu juga mulai terlihat dengan dampak dari penurunan permintaan, itu dampaknya terhadap inflasi lebih cepat daripada supply constraint. Itu kenapa ada kecenderungan inflasi dunia itu menurun termasuk di Amerika,” kata Perry, dalam konferensi pers Hasil RDG BI, Rabu, 20 Agustus 2025.

Ia menjelaskan, sejak 7 Agustus 2025, tarif resiprokal AS meluas dari 44 negara menjadi 70 negara. Sebagian tarif lebih rendah dari pengumuman awal, termasuk Indonesia dan sejumlah negara ASEAN, namun ada juga yang lebih tinggi seperti India dan Swiss.

Kebijakan ini dinilai BI akan menekan kinerja ekspor dan volume perdagangan antarnegara, sekaligus memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Menurut Perry, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 berpotensi lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sekitar tiga persen, dengan tren pelemahan juga berlanjut di 2026.

Ekonomi India juga melemah seiring dampak tarif AS yang lebih tinggi sehingga menekan kinerja ekspor dan sektor manufaktur. Sementara itu, ekonomi Eropa, Jepang, dan China diperkirakan lebih baik seiring dengan kesepakatan tarif yang lebih rendah dan topangan belanja fiskal.

|Baca juga: DANA Perluas Layanan QRIS Antarnegara ke Jepang, Transaksi Naik 3 Kali Lipat!

|Baca juga: Harga Saham Multipolar Technology (MLPT) Meroket, Manajemen Langsung Buka Suara!

Kecenderungan pertumbuhan yang lebih rendah dan menurunnya inflasi turut mendorong sebagian besar bank sentral menempuh kebijakan moneter akomodatif, kecuali Jepang. Di AS, tekanan inflasi yang cenderung menurun semakin memperkuat ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) ke depan.

Meski demikian, Perry menekankan, dalam jangka pendek ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut dan perlu diwaspadai untuk menjaga ketahanan ekonomi domestik dari dampak rambatan global.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BI Catat Transaksi E-Commerce Tembus Rp44,4 Triliun
Next Post Anthony Egerton Diangkat Jadi Presdir Asuransi FPG Indonesia

Member Login

or