Media Asuransi, JAKARTA – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyebut hasil negosiasi tarif impor antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sebesar 19 persen berpotensi memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional. Salah satunya yaitu membuka lapangan kerja melalui relokasi pabrik dari negara lain.
Menurut Luhut tarif impor yang dikenakan AS kepada Indonesia lebih rendah dari sejumlah negara tetangga. Hal ini mendorong sejumlah negara seperti Vietnam dan Taiwan untuk mempertimbangkan relokasi pabrik ke Indonesia. Sebagaimana diketahui AS mematok tarif impor ke Vietnam sebesar 20 persen, sementara Taiwan 32 persen.
|Baca juga: Pesan Penting Luhut untuk Keponakannya Pandu Sjahrir dalam Menakhodai Danantara
|Baca juga: Isu Ijazah Jokowi Makin Panas, Luhut: Saya Saja Nggak Tahu Ijazah Saya di Mana
“Tarif 19 persen ini masih banyak breakdown yang dibawa yang akan membuat ekonomi kita bagus ke depan. Lapangan kerja, akan banyak orang dari Vietnam juga ingin, Taiwan ingin juga relokasi karena satu persen very meaningful sebenarnya,” kata Luhut, saat peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia di Main Hall, Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 28 Juli 2025.
Luhut menambahkan Indonesia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah dan dapat menarik investasi asing, terutama di sektor pertambangan. Ia menyarankan agar pemerintah juga memperkuat kebijakan impor melalui deregulasi aturan.
Luhut juga menyinggung soal perlunya pendekatan top-down seperti yang pernah diterapkan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1985 pada era Presiden Soeharto. “Jadi sebenarnya kita mesti melihat positifnya dari tarif ini dalam keadaan ekonomi sekarang ini. Ada kesempatan kita mungkin kembali pada Inpres 4 tahun 1985 zaman Pak Harto,” ujarnya.
Inpres tersebut bertujuan memperlancar arus barang antarpulau, ekspor, dan impor, guna menunjang kegiatan ekonomi nasional, termasuk mendorong ekspor komoditas nonmigas.
|Baca juga: CORE Indonesia Sebut Surplus Ekonomi RI Berpotensi Turun Akibat Tarif AS
|Baca juga: Bos OCBC (NISP): Keberlanjutan Fondasi Penting Bangun Ketahanan Bisnis Jangka Panjang
“Saran kita pada Presiden, top down, jangan diberikan dari bottom up, karena pengalaman yang saya lihat selama saya tiga kali jadi Menko, kalau itu mulai dari bawah tidak akan pernah selesai,” ucap Luhut.
Luhut merasa optimistis dengan strategi yang tepat dan deregulasi kebijakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 7-8 persen pada 2029 hingga 2030. “Karena tanpa melakukan deregulasi ini, kita punya ekonomi juga nanti tidak akan maksimal menggunakan tarif 19 persen tadi. Ya pastilah ada korupsi. Jadi itu sebenarnya yang harus dibersihkan,” tutupnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News