Media Asuransi JAKARTA — Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono menghadiri Dialog Strategis Tahunan Tertutup ASEAN–IMF yang mempertemukan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN bersama Direktur Pelaksana IMF di Markas Besar IMF, Washington DC.
Pertemuan tersebut mengangkat tema ‘Integrasi ASEAN dalam Lanskap Perdagangan Global yang Berubah‘. Dalam forum itu, IMF memaparkan berbagai tantangan dan peluang bagi kawasan ASEAN di tengah dinamika perdagangan dunia.
|Baca juga: BPI Danantara Bidik Dividen BUMN Tembus Rp750 Triliun dalam 5 Tahun
|Baca juga: Bos Danantara Siap Tindak Tegas Praktik Poles Laporan Keuangan di BUMN
Lembaga tersebut menyoroti dampak tarif baru Amerika Serikat (AS) terhadap Asia lebih kecil dari perkiraan, namun kompleksitas aturan asal dan perbedaan tarif di berbagai negara masih menghambat restrukturisasi rantai pasok global.
IMF juga mengungkapkan total perdagangan barang ASEAN mencapai US$3,9 triliun pada 2023, tetapi perdagangan intra-ASEAN hanya berkontribusi 22 persen dari total ekspor, jauh di bawah Uni Eropa yang mencapai 60 persen. Kondisi ini menunjukkan potensi besar yang belum tergarap optimal.
IMF memperkirakan jika ASEAN mampu menerapkan praktik terbaik global dalam bidang logistik dan tata kelola digital (GovTech) maka ekspor kawasan dapat meningkat hingga 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Wamenkeu Thomas menyampaikan apresiasi terhadap asesmen terbaru IMF serta menegaskan komitmen Indonesia menjaga ketahanan ekonomi melalui reformasi domestik dan kerja sama regional yang lebih kuat.
|Baca juga: Manulife Rilis Produk PAYDI Baru, Dirancang untuk Hadapi Ketidakpastian Ekonomi!
|Baca juga: BRI Life Bentuk MAB untuk Tekan Klaim dan Perkuat Kepercayaan Nasabah
“Di tengah dinamika global, ekonomi Indonesia tetap tangguh dengan pertumbuhan sebesar 5,1 persen pada kuartal II/2025, dan kami memproyeksikan lintasan stabil naik menjadi 5,1 hingga 5,2 persen untuk tahun penuh,” ujar Thomas, dikutip dari keterangan resminya, Selasa, 21 Oktober 2025.
Thomas menambahkan pemerintah terus mengerahkan berbagai kebijakan untuk mempercepat pertumbuhan, termasuk penyuntikan likuiditas sebesar Rp200 triliun ke dalam sistem keuangan guna mendorong kredit dan aktivitas ekonomi.
Ia menegaskan strategi fiskal Indonesia tetap disiplin dengan batas defisit tiga persen yang kredibel, sekaligus menjaga stabilitas melalui kebijakan countercyclical dan belanja yang efisien.
“Dengan menggabungkan reformasi nasional dengan kerja sama regional yang lebih mendalam, kita dapat mengubah tantangan global menjadi peluang untuk ASEAN yang lebih tangguh, terintegrasi, dan dinamis,” tutup Thomas.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News