Media Asuransi, JAKARTA — Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyoroti paradoks industrialisasi di Indonesia. Pertumbuhan output industri dinilai tidak diikuti oleh peningkatan kesejahteraan tenaga kerja.
Direktur Kolaborasi Internasional INDEF, Imaduddin Abdullah, menjelaskan struktur industri nasional masih timpang. Di satu sisi, subsektor padat modal mencatat pertumbuhan tinggi namun memiliki daya serap tenaga kerja yang rendah. Sementara itu di sisi lain, subsektor industri padat karya justru mengalami kontraksi.
|Baca juga: Kondisi Operasional Manufaktur RI Terus Menurun Pada Awal Semester II/2025
“Indonesia masih terlalu membanggakan diri sebagai pasar besar, bukan sebagai negara produsen dengan fondasi industri dan produktivitas yang kuat,” jelas Imaduddin dikutip dari keterangan resminya Rabu, 31 Desember 2025.
|Baca juga: Pemerintah Menilai Perekonomian Nasional Akhir Tahun 2025 Terjaga Tetap Resilien
Dia menambahkan bahwa kontribusi investasi asing terhadap produk domestik bruto (PDB) menunjukkan tren penurunan. Menurut Imaduddin, melemahnya kontribusi investasi asing tersebut mencerminkan menurunnya daya tarik Indonesia sebagai basis produksi global.
Kondisi ini dia nilai berpotensi memperlebar ketimpangan struktur industri dan menghambat penciptaan lapangan kerja berkualitas di dalam negeri.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
