Media Asuransi, JAKARTA – Program penataan kawasan kumuh vertikal atau revitalisasi rumah susun (rusun) maupun pengembangan hunian subsidi di tengah kota dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas hidup warga perkotaan.
Pengamat Infrastruktur dan Tata Kota, Yayat Supriatna, menyatakan bahwa rusun menghadirkan kualitas bangunan lebih baik, sanitasi optimal, air bersih memadai, dan pencahayaan yang lebih sehat.
“Rusun itu sangat penting dalam program revitalisasi kawasan kumuh lantaran memiliki kualitas bangunan yang lebih baik, sanitasi yang lebih optimal, air bersih yang cukup, lingkungan yang lebih sehat, pencahayaannya yang lebih bagus,” ujar Yayat dalam keterangannya, Senin 28 Juli 2925.
|Baca juga: Kementerian PKP Gandeng Bank Mandiri dan BP Tapera Akselerasi Pembiayaan Hunian Bersubsidi
Dia menyebut revitalisasi rusun menjadi solusi paling realistis untuk kota-kota besar seperti Jakarta agar lebih tertata dan layak huni. Yayat mengatakan konsep ini selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang mencontoh keberhasilan Singapura dalam pembangunan hunian vertikal.
Selain menata kawasan, Yayat menilai program revitalisasi dan pengembangan hunian subsidi vertikal efektif menekan backlog perumahan dan mendukung target pemerintah menyediakan satu juta rumah perkotaan.
Yayat menekankan pembangunan rumah susun menjadi langkah paling masuk akal untuk memenuhi kebutuhan hunian di kota besar yang lahannya terbatas. “Solusi mengatasi backlog untuk kawasan perkotaan yang paling realistis adalah membangun rumah susun,” lanjutnya.
|Baca juga: Qatar Gandeng BTN Siapkan US$2 Miliar untuk Bangun 100.000 Unit Hunian di Indonesia
Dia juga mendorong kolaborasi erat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penyediaan rumah susun agar lebih terintegrasi dan tepat sasaran. Yayat menilai anggaran Jakarta yang mencapai Rp17 triliun hingga Rp18 triliun per tahun untuk bansos dapat digunakan untuk memprioritaskan warga pindah ke rumah susun.
Yayat menyampaikan program revitalisasi rusun ini harus menyasar generasi produktif berusia 25-40 tahun seperti gen-z dan milenial. Generasi tua dinilai lebih sulit diarahkan untuk tinggal di rumah susun karena faktor budaya dan kebiasaan.
“Kalau orang tua itu susah didorong pindah ke rusun. Makanya kelompok-kelompok usia produktif itu harus lebih diprioritaskan untuk mendapatkan rumah susun,” ujar Yayat.
|Baca juga: Bank Mandiri Gandeng Hermina Group Akselerasi Pembiayaan Hunian Bersubsidi untuk Tenaga Kesehatan
Menurutnya, transformasi ini bukan hanya merevitalisasi fisik rumah susun semata, tetapi juga menata ulang budaya masyarakat perkotaan. Dia menilai perubahan pola pikir dan gaya hidup warga menjadi kunci agar Jakarta mampu bertransformasi menjadi kota kelas dunia. “Jakarta tidak akan pernah jadi kota global kalau warganya tidak berubah,” ucapnya.
Yayat menyampaikan program revitalisasi rumah susun maupun pengembangan hunian vertikal subsidi tidak dapat dilepaskan dari peran vital Perumnas sebagai penyedia hunian masyarakat perkotaan. Yayat menilai Perumnas memiliki pengalaman panjang dalam membangun kawasan hunian terjangkau, seperti di Kota Depok dan Kota Bekasi.
Menurutnya, revitalisasi rumah susun maupun pengembangan hunian vertikal subsidi yang sudah dimiliki Perumnas seperti di Klender atau Alonia Kemayoran harus segera dioptimalkan dan dikembangkan lebih lanjut. Dia menilai penambahan jumlah tower serta integrasi transportasi umum menjadi kunci agar kawasan rusun ini semakin diminati masyarakat.
“Itu tinggal dikembangkan lagi dengan menambah jumlah tower hingga mengintegrasikan dengan transportasi umum seperti kereta api atau Trans Jakarta,” tuturnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News