Media Asuransi, JAKARTA – Semen merupakan fondasi utama dalam berbagai proyek pembangunan, yang menjadikannya salah satu bahan bangunan dengan permintaan yang terus meningkat. Namun, proses produksi semen serta permintaan yang besar menghasilkan jejak emisi karbon yang signifikan, berpotensi memberikan dampak jangka panjang terhadap perubahan iklim.
Secara global, produksi semen menyumbang 1,6 miliar ton metrik karbon dioksida (CO₂), atau sekitar delapan persen dari total emisi karbon dioksida. Proses produksi semen yang bergantung pada penggunaan bahan bakar fosil dalam jumlah besar menjadi salah satu penyumbang utama emisi karbon.
Dalam upaya mengatasi tantangan ini, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 31,89 persen dengan kemampuan sendiri melalui dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).
|Baca juga: Semen Merah Putih Dorong Kolaborasi Hadirkan Bangunan Berkualitas di Program 3 Juta Rumah
Sebagai pemimpin bisnis regional yang berkomitmen kuat terhadap keberlanjutan, SCG terus berupaya menghadirkan inovasi dalam industri material infrastruktur guna mendukung pengurangan emisi karbon. Komitmen ini juga tercermin dalam bisnis semen, yakni SCG telah meluncurkan berbagai terobosan baru dalam produk-produk semen yang dihasilkan.
Dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa, 24 Desember 2024 disebutkan bahwa anak usaha SCG, yakni PT Semen Jawa, telah menginisiasi empat strategi dalam Roadmap Decarbonization jangka pendek. Hal itu sebagai langkah nyata untuk mengurangi dampak lingkungan dari proses operasi produksi semen serta mewujudkan tercapainya net-zero emissions pada tahun 2050.
Empat strategi Roadmap Decarbonization tersebut meliputi: pertama, memaksimalkan penggunaan bahan bakar alternatif. Semen Jawa mengadopsi penggunaan bahan bakar alternatif serta menerapkan berbagai teknologi untuk mengoptimalkan proses produksi. Hingga saat ini, penggunaan bahan bakar alternatif berhasil menggantikan sekitar 20 persen dari total penggunaan bahan bakar fosil. Nantinya, penggunaan bahan bakar alternatif akan ditingkatkan menjadi 70 persen pada tahun 2030.
|Baca juga: SIG Diminta Tingkatkan Kesadaran Masyarakat tentang Produk Semen Hijau
Kedua, mengembangkan produk eco-friendly. Perseroan mengurangi faktor klinker dengan meningkatkan penggunaan supplementary cementitious materials (SMCs) berkualitas tinggi untuk menghasilkan semen dengan emisi karbon dioksida (CO₂) yang lebih rendah.
Ketiga, integrasi green energy. Semen Jawa memasang panel surya yang mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 2,000 megawatt-jam per tahun untuk mengurangi penggunaan jaringan listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil.
Keempat, peningkatan teknologi. Perseroan mengoptimalkan proses pemulihan panas dalam pabrik, menangkap panas terbuang, dan mengubahnya menjadi energi yang dapat digunakan. Mempelajari dan mengembangkan teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) untuk mencapai target net-zero emission.
Presiden Direktur PT Semen Jawa & PT Tambang Semen Sukabumi, Peramas Wajananawat, menjelaskan bahwa SCG berkomitmen untuk terus menghadirkan inovasi baru, mulai dari sistem operasional bisnis hingga produk yang ramah lingkungan. “Dengan empat strategi utama, kami berharap dapat mengurangi jejak karbon secara signifikan dalam lima tahun ke depan sekaligus mendukung target pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK),” jelasnya.
|Baca juga: Indonesia Komitmen Lakukan Transisi Energi untuk Capai Target Net Zero Emission
Dia tambahkan bahwa SCG, bersama PT Semen Jawa, menjalankan bisnis dengan pendekatan Inclusive Green Growth yang mendorong kerja sama inklusif antara konsumen, pemasok, komunitas, dan karyawan untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat rendah karbon guna mencapai keberlanjutan dan pertumbuhan inklusif. Dengan berlandaskan pada prinsip bisnis ESG 4 Plus, SCG berkomitmen pada empat pilar utama: Mencapai Nol Bersih Emisi per Tahun 2050 (Set Net Zero), Mewujudkan Industri Hijau (Go Green), Menekan Kesenjangan Sosial (Reduce Inequality), dan Merangkul Kolaborasi (Embrace Collaboration), dengan keadilan dan transparansi sebagai landasan di setiap operasinya. Strategi ini terintegrasi dalam kerangka ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) yang menjadi panduan bagi SCG dalam menyusun Roadmap Decarbonization, sebuah peta jalan yang akan membimbing bisnis semen dan beton untuk mengurangi emisi karbon dioksida (CO₂) sebesar 25 persen pada tahun 2030.
“Kami percaya bahwa industri semen di Indonesia tidak hanya berperan sebagai pemasok bahan bangunan, tetapi juga dapat menjadi katalisator dalam mewujudkan masa depan yang berkelanjutan. Pada tahun 2050, kami menargetkan untuk mencapai net-zero emission di seluruh sistem operasi bisnis kami. Ini adalah perjalanan yang panjang, namun setiap langkah yang diambil akan membawa kita semakin dekat kepada masa depan yang lebih berkelanjutan,” tutur Peramas.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News