Media Asuransi, JAKARTA — Tekanan fiskal masih menjadi tantangan utama perekonomian Indonesia, di tengah momentum libur akhir tahun.
Meningkatnya kebutuhan belanja negara, terbatasnya ruang fiskal, serta ketidakpastian global akibat perang dagang dan dinamika geopolitik menempatkan pemerintah pada posisi sulit antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga keberlanjutan fiskal.
Kondisi tersebut menjadi sorotan dalam Diskusi Publik INDEF bertajuk “Catatan Akhir Tahun INDEF: Liburan di Tengah Tekanan Fiskal”. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai tekanan global berpotensi berlanjut dan berdampak langsung terhadap perekonomian domestik.
|Baca juga: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2026: Optimisme Seiring Kebijakan Fiskal yang Ekspansif
Direktur Program INDEF, Eisha Maghfiruha Rachbini, menuturkan perekonomian global sepanjang 2025 masih menunjukkan resiliensi meski dibayangi ketidakpastian akibat perang dagang.
“Dinamika global membuat perekonomian domestik sangat rentan terhadap gejolak perdagangan dan kebijakan ekonomi negara besar, sehingga kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif serta mendorong reformasi struktural diperlukan untuk mendukung pertumbuhan,” ujar Eisha dalam keterangan resminya, dikutip Rabu, 31 Desember 2025.
|Baca juga: Purbaya Sebut Revisi UU P2SK Perkuat Koordinasi Fiskal-Moneter Demi Optimalkan Pertumbuhan Ekonomi
Dia menjelaskan, perlambatan ekonomi dan inflasi diperkirakan menjadi tantangan utama ekonomi global pada 2026. Menurutnya, ekonomi global belum sepenuhnya kembali ke tren pra-pandemi dan diproyeksikan mengalami perlambatan pada tahun depan.
Lebih lanjut, Eisha menyebut dampak kebijakan perdagangan, perang tarif, serta ketegangan geopolitik telah memengaruhi arus perdagangan dan investasi global, termasuk ke kawasan ASEAN dan Indonesia. Tekanan tersebut berpotensi merembet ke perekonomian domestik melalui pelemahan nilai tukar dan perlambatan sektor riil.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
