Media Asuransi, JAKARTA – TÜV Rheinland Indonesia, bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), menyelenggarakan seminar bertajuk “Securing the Core: Empowering Critical Sector with OT Security”.
Teknologi Operasional (OT) merujuk pada penggunaan hardware dan software untuk menjalankan sistem di berbagai lingkungan industri seperti Industrial Control Systems (ICS), Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA), dan Process Control Network (PCN).
Sistem ini memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan sistem IT karena kerentanan terhadap serangan siber yang meningkat. Seiring berkembangnya digitalisasi di berbagai sektor, ancaman terhadap OT menjadi semakin kompleks, terutama ketika terhubung ke jaringan global yang melibatkan banyak pihak.
|Baca juga: BPJS Kesehatan-BSSN Jalin Kerja Sama Perkuat Sistem Keamanan Siber
Managing Director TÜV Rheinland Indonesia, Nyoman Susila, menyampaikan pentingnya seminar ini sebagai bagian dari upaya bersama dalam meningkatkan kesadaran tentang risiko kejahatan siber di infrastruktur OT, terutama menyusul terbitnya Perpres No. 82 Tahun 2022 tentang Perlindungan Infrastruktur Informasi Vital (IIV).
“Tujuan dari seminar ini adalah untuk memberikan sosialisasi terkait regulasi yang telah diterbitkan dalam Perpres No. 82 Tahun 2022, serta meningkatkan kesadaran akan tingginya potensi serangan siber pada infrastruktur OT. Kami ingin memberikan informasi terkait apa itu keamanan teknologi operasional, risiko yang dihadapi, dan strategi untuk memastikan keamanan infrastruktur OT kita,” jelas Nyoman dalam keterangan resmi, Rabu, 18 September 2024.
|Baca juga: Citilink Gandeng BSSN Tandatangani nota kesepahaman dan perjanjian kerja sama
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Utama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), YB Susilo Wibowo, mengapresiasi kolaborasi antara TÜV Rheinland dan BSSN dalam seminar ini.
“Program ini merupakan hasil kerja sama antara BSSN dan TÜV Rheinland Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran keamanan, khususnya terkait teknologi operasional (OT) yang berperan penting dalam industri,” ujar Susilo.
Senada dengan itu, Global Field Manager I.07 Cyber Security and Functional Safety TÜV Rheinland, Manuel Diez, menjelaskan lebih lanjut mengenai risiko gangguan tersebut. “Indonesia saat ini menghadapi lebih dari 3.300 serangan siber setiap minggu” ujarnya.
Dia juga menekankan bahwa infrastruktur penting, seperti transportasi dan energi, telah menjadi target serangan ransomware yang menuntut tebusan hingga jutaan dolar. “Ini hanya salah satu contoh dari banyaknya ancaman yang mengincar infrastruktur kritis,” tambah Manuel.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News