Hal ini disampaikan Luhut dalam acara 4th Indonesia Fintech Summit (IFS) di Bali secara hibrida (luring dan daring), 10 November 2022. Menurutnya, sinergi pemerintah, asosiasi, dan pelaku industri fintech mendorong kemajuan dalam digitalisasi, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Penguatan sinergi untuk mengakselerasi ekonomi dan keuangan digital tentunya merupakan arahan yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo dalam pemulihan ekonomi nasional demi Indonesia maju. Maka darinya, kegiatan ini perlu diapresiasi dan didukung oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat, 11 November 2022.
|Baca juga: OJK Dorong Pengembangan Ekosistem Digital Sektor Jasa Keuangan
Bali sebagai lokasi penyelenggara IFS dan Bulan Fintech Nasional tahun ini merupakan pulau dengan banyak potensi, termasuk perkembangan fintech yang juga menjanjikan pada segala sektor di Bali. Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Provinsi Bali, I Ketut Adiarsa menyampaikan pidato Gubernur Bali, Wayan Koster, menyambut baik penyelenggaraan kegiatan rutin dari AFTECH terkait industri fintech.
Dia memberi contoh bahwa keberhasilan para pelaku usaha tradisional dalam melakukan ekspansi bisnis berkat adanya dukungan dari teknologi digital dan fintech.“Adopsi teknologi digital, termasuk pemanfaatan fintech oleh para pelaku bisnis saat ini telah menjadi bagian dari ‘denyut nadi’ perekonomian di Bali,” katanya.
Oleh karena itu, dari kegiatan ini, Bali sangat berharap dapat terjalinnya komitmen dan kesepakatan bersama antarpemangku kepentingan untuk memajukan industri fintech yang memberikan dampak bagi Indonesia serta terciptanya kemajuan inovasi keuangan digital, khususnya bagi pelaku UMKM.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Pandu Patria Sjahrir, mengatakan bahwa acara 4th IFS dan Bulan Fintech Nasional 2022, bertujuan untuk mendukung upaya kolaboratif dalam mencapai keseimbangan antara inovasi, pertumbuhan, serta tata kelola keuangan digital dan fintech yang baik. Juga untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
“Dalam mencapai tujuan tersebut, inklusi keuangan menjadi salah satu hal yang harus didorong. Selain itu, regulasi yang kondusif juga menjadi kunci pengembangan industri fintech yang berkelanjutan. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bersama, baik pemerintah, asosiasi, pelaku industri, serta masyarakat. Dengan kolaborasi yang semakin solid, kami percaya perekonomian masyarakat akan kembali pulih, bahkan dampak positifnya akan dirasakan dalam jangka panjang,” kata Pandu.
|Baca juga: IFS 2022: Langkah Bersama Kuatkan Industri Fintech Indonesia.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Adrian Gunadi, menyatakan bahwa saat ini pembiayaan kepada UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah terkait data. “Kita selalu menyebutkan adanya 65 juta UMKM di Indonesia. Pertanyaan saya, dan kami sudah melakukan validasi, apakah data tersebut masih relevan?” ujarnya.
Adrian memaparkan, berdasar riset yang dilakukan bersama dengan salah satu lembaga riset, demografi UMKM di Indonesia sudah sangat jauh berubah seiring dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini. Jika dilihat lebih dalam, sektor UMKM saat ini terbagi ke dalam empat subsegmen, terdapat pemain-pemain baru yang dulu belum ada sebelumnya, seperti konten kreator youtube dan pelaku digital advertising. Pemahaman mengenai jenis bisnis UMKM yang ada ini sangat penting untuk memetakan sejumlah hal dalam upaya pendanaan.
“Sebenarnya tantangan terbesar bagi kami selaku penyedia pendanaan bagi UMKM, adalah bagaimana kami harus memulai, bagaimana kami harus melakukan penskalaan, bagaimana kami dapat menjaga risiko yang ada guna memastikan industri fintech lending terus bertumbuh tetapi juga bisa memiliki portofolio yang bagus,” pungkasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News