Media Asuransi, JAKARTA – Industri Web3 diprediksi akan mengalami pertumbuhan pesat pada 2025, dengan tren utama berupa kolaborasi antara Artificial Intelligence (AI) dan sektor terdesentralisasi (DeFi).
Kombinasi ini memungkinkan pengembangan aplikasi dengan metode prompting yang lebih cepat dibandingkan coding tradisional.
Selain itu, segmen baru seperti Decentralized AI dan Decentralized Finance AI semakin berkembang, menciptakan ekosistem tersendiri yang diminati oleh para investor dan pengguna. Stablecoin juga diprediksi akan semakin populer dengan berbagai proyek yang mengintegrasikannya dalam transaksi sehari-hari serta produk dunia nyata.
|Baca juga: Wow! Industri Blockchain Bakal Capai Kemajuan Signifikan
Resna Raniadi, Chief Operating Officer (COO) Upbit Indonesia, mengatakan Web3 bukan hanya sekadar tren, tetapi revolusi dalam ekonomi digital. “Dengan regulasi yang mendukung dan adopsi yang terus berkembang, Indonesia bisa menjadi pemain kunci di industri ini,” katanya dalam keterangan resmi dikutip, Kamis, 3 April 2025.
Beberapa proyek besar dalam Web3, seperti NWB, CSR, dan YSBC, semakin menarik perhatian dan diharapkan menjadi katalis bagi pertumbuhan industri secara global, termasuk di Indonesia.
Dampak Web3 bagi Indonesia
Web3 tidak hanya mendorong desentralisasi tetapi juga meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat yang belum memiliki akses perbankan. Dengan konektivitas global yang ditawarkan oleh Web3, talenta lokal memiliki kesempatan untuk bekerja dalam ekosistem digital global dan mendapatkan penghasilan dalam mata uang asing.
Beberapa peluang pekerjaan di ekosistem Web3 semakin berkembang seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi blockchain dan aset digital. Profesi seperti online creator kini memiliki potensi penghasilan hingga US$5.000 per bulan, terutama melalui monetisasi konten digital berbasis blockchain.
|Baca juga:Belajar dari Insiden Peretasan di Industri Kripto, 2 Hal Ini Harus Segera Dilakukan
Selain itu, peran copywriter Web3 yang berfokus pada komunikasi dan edukasi terkait ekosistem terdesentralisasi dapat menghasilkan sekitar US$3.000 per bulan. Sementara itu, profesi di bidang teknis seperti blockchain developer dan smart contract engineer menjadi salah satu yang paling diminati, dengan rentang pendapatan mencapai US$60.000 hingga US$100.000 per bulan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan pengembangan infrastruktur Web3 yang aman dan efisien.
Teknologi NFT dan blockchain juga memungkinkan para kreator untuk mendapatkan royalti langsung dari konten mereka, melalui inovasi seperti “coinized content,” di mana setiap unggahan dapat dikonversi menjadi aset digital yang bisa diperdagangkan.
Budi Santosa, Founder IDNFT, menambahkan, Web3 membuka peluang ekonomi yang belum pernah ada sebelumnya. Kreator dan profesional di Indonesia kini dapat bersaing di pasar global tanpa batasan geografis. “Dengan memahami teknologi ini lebih dalam, masyarakat bisa memanfaatkan Web3 untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan membangun masa depan ekonomi digital yang lebih inklusif.”
Meski Web3 menawarkan berbagai peluang, tantangan tetap ada, termasuk edukasi pengguna, regulasi yang masih berkembang, serta risiko keamanan. Banyak masyarakat masih menyamakan crypto dengan aset investasi konvensional seperti saham, sementara regulasi belum sepenuhnya sejalan dengan pertumbuhan pesat industri ini.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News