Media Asuransi, JAKARTA – Penelitian baru dari NTT DATA Inc., penyedia bisnis digital dan layanan TI global, mengungkapkan bahwa perusahaan berlomba-lomba untuk mengadopsi AI (Artificial Intelligence), namun adanya kesenjangan tanggung jawab mengancam kemajuan tersebut.
Pertumbuhan AI yang sangat cepat melebihi tata kelola, membuat eksekutif kesulitan menyeimbangkan inovasi dengan akuntabilitas dan etika. Hal ini menimbulkan kekhawatiran untuk masa depan adopsi AI.
|Baca juga: NTT DATA dan Google Cloud Perluas Kemitraan untuk Percepat Inovasi GenAI
Lebih dari 80 persen eksekutif mengakui bahwa kepemimpinan, tata kelola, dan kesiapan tenaga kerja tidak mampu mengikuti kemajuan AI sehingga berisiko terhadap investasi, keamanan, dan kepercayaan publik.
Laporan berjudul ‘Kesenjangan Tanggung Jawab AI: Mengapa Kepemimpinan adalah Kunci yang Hilang’, mengambil wawasan lebih dari 2.300 pemimpin C-suite dan pengambil keputusan di 34 negara, menunjukkan perlunya kepemimpinan yang jelas untuk menghubungkan inovasi AI dengan tanggung jawab etis.
|Baca juga:NTT DATA Bersama Palo Alto Networks Sediakan Keamanan Siber Berbasis AI
“Antusiasme terhadap AI tidak dapat disangkal, tetapi temuan kami menunjukkan bahwa inovasi tanpa tanggung jawab akan meningkatkan risiko. Perusahaan perlu memiliki strategi pengelolaan AI yang jelas dari para pemimpin untuk mengatasi kesenjangan ini, sebelum kemajuan terhenti dan kepercayaan mulai menurun,” kata CEO NTT DATA, Abhijit Dubey, dikutip dari keterangan resminya, Minggu 23 Februari 2025.
Disebutkan bahwa temuan utama ada beberapa hal, antara lain: Kesenjangan Tanggung Jawab AI Semakin Lebar, Inovasi vs Tanggung Jawab adalah Pertarungan di Ruang Rapat , Ketidakpastian Regulasi Menghambat Pertumbuhan, Keamanan dan Etika Tertinggal dari Ambisi AI, Tenaga Kerja Tidak Siap, dan Kekhawatiran Keberlanjutan Muncul.
“Jalur AI sudah jelas dampaknya hanya akan semakin besar. Namun tanpa kepemimpinan yang tegas, kita berisiko menghadapi masa depan di mana inovasi melebihi tanggung jawab, menciptakan celah keamanan, titik buta etika, dan peluang yang terlewat,” ujar Dubey.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News