Media Asuransi, GLOBAL – Buy Now Pay Later (BNPL) telah menjadi alat pembayaran populer di Asia-Pasifik (APAC), karena meningkatnya permintaan kredit jangka pendek ditambah dengan meningkatnya preferensi konsumen terhadap belanja online.
Mengingat popularitasnya, GlobalData memperkirakan pasar BNPL diperkirakan akan menyumbang 7,7% dari nilai pembayaran e-commerce pada tahun 2028.
Sudah populer di negara-negara seperti Australia dan Selandia Baru, BNPL secara bertahap juga mendapatkan daya tarik di pasar APAC lainnya. Analisis E-Commerce GlobalData mengungkapkan bahwa BNPL menyumbang 4,4% pembayaran e-commerce pada tahun 2023 di wilayah APAC, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 5,4% pada tahun 2024.
Shivani Gupta, Analis Perbankan dan Pembayaran Senior di GlobalData, menjelaskan solusi pembayaran BNPL sangat populer sebagai opsi pembayaran alternatif di kawasan ini dengan banyaknya jumlah pembayaran dan perusahaan fintech yang bersaing untuk mendapatkan bagian dari pasar ini.
|Baca juga: Survei Populix: 63 Persen Milenial di Indonesia Aktif Menggunakan Paylater
“Meningkatnya permintaan terhadap solusi ini didukung oleh tingginya kesadaran konsumen, meningkatnya permintaan pembiayaan jangka pendek, terutama di kalangan milenial, dan menjamurnya penyedia layanan BNPL,” katanya dalam riset dikutip,
Di kawasan ini, Australia dan Selandia Baru memiliki tingkat adopsi yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara tetangganya. Pangsa solusi BNPL dalam total pembayaran e-commerce di Australia diperkirakan sebesar 21,5% pada tahun 2023, sementara di Selandia Baru sebesar 11,9%. Pasar Asia lainnya juga mulai mengejar hal ini, dimana negara-negara seperti Singapura, India, india dan Jepang kini menyaksikan tingginya adopsi layanan BNPL.
BNPL memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi di negara-negara seperti India, yang memiliki penetrasi kartu kredit yang rendah dan akses terbatas terhadap kredit formal. India mengalami lonjakan tercepat dalam pangsa BNPL di kawasan ini, yang meningkat dari 0,1% penjualan e-commerce pada tahun 2019 menjadi sekitar 5,8% pada tahun 2023.
Pasar e-commerce yang berkembang juga diharapkan dapat mendukung pesatnya pertumbuhan layanan BNPL di India. Misalnya, Flipkart menawarkan layanan bayar nanti, yang memungkinkan pengguna melakukan pembelian online dengan cicilan bulanan. Demikian pula, Amazon, yang merupakan pemain terkemuka di bidang ini, menawarkan opsi Bayar Nanti, yang memungkinkan konsumen melakukan pembayaran atas pembelian mereka dalam cicilan 3-12 bulanan. Pada Desember 2023, ada lebih dari 8 juta pelanggan yang mendaftar di Amazon Pay Later.
Risiko Kredit Macet
Ketika BNPL memperoleh daya tariknya, kekhawatiran seperti layanan BNPL yang mendorong pembelian impulsif dan kekhawatiran akan kelebihan utang telah muncul. Sebagai tanggapannya, bank sentral di kawasan ini secara bertahap mengambil langkah-langkah regulasi. Misalnya, Menteri Perdagangan dan Urusan Konsumen Selandia Baru mengusulkan peraturan pada bulan November 2022 untuk menjadikan BNPL berada di bawah lingkup ‘Undang-undang Kontrak Kredit dan Pembiayaan Konsumen tahun 2003’, yang mengatur semua layanan kredit reguler seperti kartu kredit dan pinjaman pribadi.
|Baca juga: Pentingnya Jaga Skor Kredit di Tengah Penggunaan Paylater yang Makin Berkembang
Menurut peraturan yang diusulkan, seperti penyedia kredit lainnya, pemberi pinjaman BNPL juga diharuskan membantu peminjam untuk membuat keputusan yang tepat dan membantu mereka melakukan pembayaran kembali jika terjadi keadaan yang tidak terduga. Peminjam akan dilindungi dari biaya gagal bayar yang tidak masuk akal dan penyedia BNPL akan memberikan kompensasi kepada peminjam jika ada aturan yang dilanggar. Peraturan tersebut akan berlaku efektif mulai September 2024.
Gupta menyimpulkan wilayah APAC diperkirakan akan mengalami peningkatan penggunaan layanan BNPL karena pergeseran kebiasaan belanja konsumen ke platform online dan semakin banyaknya pedagang online yang menerima opsi BNPL. Meskipun demikian, layanan BNPL masih memberikan porsi yang kecil terhadap total pembayaran konsumen di wilayah tersebut, sehingga masih jauh dari adopsi massal.
“Namun demikian, meningkatnya permintaan konsumen akan pilihan pembayaran yang fleksibel di kalangan generasi muda dan populasi yang paham teknologi serta inisiatif pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan konsumen diharapkan akan mendorong adopsi BNPL di APAC.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
DBS: Hong Kong Jadi Investor Asing Paling Strategis dan Konsisten untuk Indonesia
Selasa, 24 Juni 2025Graha Layar Prima (BLTZ) Raih Pinjaman Rp264 Miliar dari Bank KB Bukopin
Selasa, 24 Juni 2025
