1
1

Pola Kerja Hybrid Perlu Didukung Infrastruktur yang Aman dari Serangan Siber

PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) adalah perusahaan teknologi yang berfokus membantu pelanggan dalam penyediaan solusi dan layanan teknologi. | Foto: multipolar.com

Media Asuransi, JAKARTA – PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), anak perusahaan PT Multipolar Tbk (MLPL) yang fokus membantu automasi proses bisnis perusahaan berbagai sektor di Tanah Air, menyarankan agar perusahaan-perusahaan menggunakan infrastruktur jaringan yang mendorong konektivitas secara optimal dan aman dari sisi bahaya siber.

“Saat ini, mayoritas infrastruktur jaringan perusahaan tidak dirancang untuk pola kerja hybrid sehingga kinerjanya tak maksimal,” ungkap Director Hybrid Infrastructure Services Business Multipolar Technology Yohan Gunawan dalam seminar Enhancing Security and Connectivity Across All Clouds with Cisco Secure Service Edge yang digelar Multipolar Technology di Shangri-La Jakarta, dikutip dalam rilis, Jumat, 26 Juni 2024.

|Baca juga: Multipolar Technology Tawarkan Solusi Nutanix Cloud Platform

Seperti kita ketahui bersama, berkat kecanggihan teknologi, kini karyawan bekerja dari mana saja (work from anywhere) dan pelanggan mengakses situs web perusahaan kapan saja (access anytime) sudah menjadi hal yang lumrah. Selain mempermudah dan mempercepat, tren semacam itu diyakini juga mendongkrak kinerja sekaligus menekan biaya proses bisnis.

Persoalannya, multi konektivitas yang digunakan oleh karyawan dan pelanggan yang demikian banyak itu belum tentu semua aman. Bisa jadi, sebagian besar koneksi yang digunakan oleh karyawan dan pelanggan untuk mengakses situs web atau aplikasi perusahaan dari luar jaringan kantor mengandung malware. Malware itulah yang kemudian menjadi jalan bagi para penjahat siber untuk mencuri database perusahaan.

Itu sebabnya, kasus serangan siber terus meningkat. Di Indonesia saja, berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara, jumlah serangan siber selama 2023 mencapai 400 juta kali. Dari jumlah itu, 53%-nya menyerang situs instansi pemerintah, 11%  lembaga keuangan, dan sisanya (36%) berbagai industri lainnya. Serangan itu 54%-nya berupa ransomware, 23% phishing, 13% social engineering, dan 10% lainnya.

Editor: AChmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Wall Street Bervariasi Usai Rilis PDB AS Kuat, Yen Perkasa
Next Post Market Brief: Indeks S&P 500 dan Nasdaq Lanjutkan Tren Penurunan

Member Login

or