Media Asuransi, JAKARTA – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih menerpa beberapa startup. Terbaru adalah produsen sepeda kebugaran canggih, Peloton, yang memangkas 784 karyawan. Sebelumnya pada bulan Februari, sudah PHK 2.800 karyawan.
Di bawah kepemimpinan CEO baru, Barry McCarthy, Peloton yang berbasis di Amerika Serikat ini ingin lebih efisien dan bisa meraup untung. Bahkan tak hanya PHK, produk sepeda Peloton juga akan dinaikkan harganya agar margin keuntungan bisa meningkat.
Baca juga: Jual Rolls Royce Dawn, Jusuf Hamka Borong 42 Wuling Air EV
Selain itu, McCarthy juga akan menutup beberapa toko Peloton. Dia ingin menghentikan penurunan pendapatan perusahaan dan membuatnya tumbuh lagi, salah satunya adalah dengan PHK massal itu.
“Perubahan itu penting jika Peloton ingin mendapat aliran keuangan yang positif. Uang tunai adalah oksigen dan oksigen adalah kehidupan,” katanya seperti dikutip dari BBC.
Produk utama Peloton adalah sepeda canggih, di bagian depan ada tablet interaktif agar penggunanya dapat bergabung dalam kelompok latihan secara remote dan fungsi lainnya.
Baca juga: Karyawan Diancam UU ITE, Alfamart (AMRT) Tunjuk Hotman Paris Jadi Kuasa Hukum
Di masa pandemi di saat orang tak bisa leluasa keluar, sepeda Peloton pun mengalami kenaikan popularitas. Bahkan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pun gemar menggunakannya untuk menjaga kebugaran.
Bulan Juli kemarin, Peloton mengumumkan tidak lagi memproduksi sepeda sendiri, tapi menyewa manufaktur asal Taiwan, Rexon Industrial, karena dipandang lebih efisien biayanya. Fasilitas produksi yang rencananya didirikan di Ohio pun dibatalkan.
Performa keuangan Peloton melambat sejak mulai berakhirnya pandemi Covid-19 dan orang tidak lagi banyak beraktivitas hanya di dalam rumah. Kerugian Peloton mencapai US$757,1 juta pada Maret kemarin, jauh melonjak dari angka USD8,6 juta di tahun sebelumnya. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
1 
