1
1

Waspada, Tren Penjahat Maya Mencari Korban Gunakan Telegram Kian Marak!

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai keamanan Telegram, tim Kaspersky Digital Footprint Intelligence menganalisis saluran bayangan Telegram. Temuan mengungkapkan tren yang meresahkan yakni penjahat dunia maya semakin banyak menggunakan Telegram sebagai platform untuk aktivitas pasar underground.

|Baca juga: 3 Skema Pemerintah Pindahkan ASN ke IKN

Penjahat dunia maya secara aktif mengoperasikan saluran dan grup di Telegram yang didedikasikan untuk mendiskusikan skema penipuan, mendistribusikan database yang bocor, dan memperdagangkan berbagai layanan kriminal, seperti pencairan dana, pemalsuan dokumen, layanan serangan DDoS, dan banyak lagi.

|Baca juga: OY! Gandeng AFTECH dan GajiGesa Dorong Inovasi Keuangan dan Kesejahteraan Karyawan Indonesia

Menurut data Digital Footprint Intelligence Kaspersky, volume postingan semacam itu melonjak sebesar 53 persen pada Mei-Juni 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun meningkatnya minat terhadap Telegram dari komunitas penjahat dunia maya didorong oleh beberapa faktor utama.

Pertama, messenger ini sangat populer secara umum dengan audiensnya telah mencapai 900 juta pengguna bulanan, menurut Pavel Durov. Kedua, ini dipasarkan sebagai pengirim pesan paling aman dan independen yang tidak mengumpulkan data pengguna apapun, sehingga memberikan rasa aman dan impunitas bagi pelaku ancaman.

|Baca juga: 23 Perusahaan Asuransi Umum Raih Maipark Award 2024

“Selain itu, menemukan atau membuat komunitas di Telegram relatif mudah, dan dikombinasikan dengan faktor-faktor lain, memungkinkan berbagai saluran, termasuk saluran penjahat dunia maya untuk mengumpulkan audiens dengan cepat,” jelas Analis Kaspersky Digital Footprint Intelligence Alexei Bannikov, dikutip dari keterangannya, Sabtu, 6 Juli 2024.

Canggih dan punya keahlian teknis

Penjahat dunia maya yang beroperasi di Telegram umumnya menunjukkan kecanggihan dan keahlian teknis yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang ditemukan di forum dark web yang lebih terbatas dan terspesialisasi.

|Baca juga: Premi Asuransi di AS Melonjak, Swiss Re Harap Lebih Banyak Aksi Hadapi Risiko Iklim

Hal ini disebabkan rendahnya hambatan masuk ke komunitas bayangan Telegram –seseorang dengan tujuan berbahaya hanya perlu membuat akun dan berlangganan sumber kriminal yang dapat mereka temukan karena mereka sudah menjadi bagian dari komunitas kriminal tersebut.

Selain itu, Telegram tidak memiliki sistem reputasi yang serupa dengan yang ditemukan di forum dark web (seperti yang disoroti dalam penelitian Kaspersky ini). Sehingga, bahkan banyak penipu di dunia kriminal siber Telegram yang cenderung menipu sesama anggota komunitasnya.

Kemudian ada tren lain yakni Telegram telah muncul sebagai platform tempat berbagai peretas membuat pernyataan dan mengekspresikan pandangan mereka. Karena basis penggunanya yang luas dan distribusi konten yang cepat melalui saluran Telegram, para peretas menganggap platform ini sebagai alat yang mudah digunakan untuk memicu serangan DDoS.

|Baca juga: Angka Penduduk Miskin RI Turun Jadi 9,03% hingga Maret 2024

“Dan metode merusak lainnya terhadap infrastruktur yang ditargetkan. Selain itu, mereka dapat melepaskan data curian dari organisasi yang diserang ke domain publik menggunakan saluran bayangan,” pungkas Alexei.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bank DKI Subsidi 1.000 Paket Sembako untuk Penyediaan Bahan Pangan Murah di Jakarta
Next Post Gotong Royong Menghadapi Ancaman Siber

Member Login

or