Media Asuransi, JAKARTA – Dalam kehidupan sehari-hari meminjam uang sering kali menjadi solusi cepat di saat kepepet. Entah karena gaji belum turun, ada kebutuhan medis mendesak, atau pengeluaran tak terduga lainnya. Tidak ada yang salah dengan meminjam, asalkan dilakukan dengan tanggung jawab.
Sayangnya, banyak orang justru terjerat konflik baru karena lupa memperhatikan sisi etika saat berutang. Mengutip OCBC NISP, Sabtu, 13 Desember 2025, berikut lima etika penting yang perlu kamu perhatikan saat berutang agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari:
1. Pahami kemampuan membayar sebelum pinjam uang
Sebelum kamu memutuskan untuk pinjam uang, langkah pertama yang paling penting adalah memahami kemampuanmu sendiri dalam membayar. Banyak orang terlalu mudah meminjam tanpa menghitung penghasilan dan pengeluaran bulanan. Akibatnya, pembayaran cicilan tertunda, hubungan dengan pemberi pinjaman rusak, bahkan stres muncul karena tekanan finansial.
Pastikan kamu tahu dari mana sumber pengembaliannya, berapa nominal yang bisa kamu sisihkan, dan kapan waktu realistis untuk melunasinya. Prinsip sederhana ini membantu kamu tetap tenang tanpa perlu menghindar dari orang yang kamu pinjami uang.
2. Jelaskan alasan peminjaman dengan jujur
Kejujuran menjadi fondasi penting dalam setiap urusan finansial, termasuk saat meminjam uang. Jangan beralasan ingin bayar sekolah anak kalau sebenarnya kamu ingin membeli barang konsumtif.
Pemberi pinjaman akan lebih menghargai kejujuran dibanding alasan yang dibuat-buat. Selain itu, alasan yang jelas juga membantu pemberi pinjaman memahami situasimu dan menentukan apakah ia bisa membantu atau tidak. Ingat, keterbukaan kecil bisa menumbuhkan kepercayaan besar.
3. Tentukan jangka waktu pengembalian yang realistis
Setelah menjelaskan alasan, pastikan kamu juga menetapkan jangka waktu pengembalian yang realistis. Banyak konflik finansial muncul bukan karena jumlah pinjaman, melainkan karena janji pengembalian yang tidak ditepati.
Cobalah menghitung kemampuanmu dengan jujur. Jika kamu tahu baru bisa membayar setelah dua bulan, sampaikan sejak awal agar pemberi pinjaman tidak salah mengharapkan waktu pelunasan. Sikap transparan ini mencerminkan tanggung jawab dan profesionalitas kamu dalam urusan finansial.
4. Tepati janji mengembalikan tepat waktu
Inilah ujian terbesar dalam etika pinjam uang. Mengembalikan tepat waktu bukan hanya soal memenuhi janji, tetapi juga menjaga reputasi dan nilai diri di mata orang lain. Sekali kamu menunda tanpa alasan jelas, kepercayaan bisa menurun drastis.
Jika terjadi kendala, komunikasikan segera. Jangan menunggu pemberi pinjaman menagih lebih dulu. Misalnya, kirim pesan sopan seperti, ‘maaf, saya baru bisa transfer minggu depan karena gaji ditunda’. Langkah kecil seperti itu membuat hubungan tetap sehat sekaligus menunjukkan kamu menghargai pinjaman tersebut.
Selain itu, mengembalikan lebih cepat dari kesepakatan akan memberi kesan positif. Orang akan lebih percaya dan tidak ragu membantu lagi jika suatu saat kamu benar-benar membutuhkan.
5. Jaga sikap dan komunikasi dengan pemberi pinjaman
Sikap sopan, jujur, dan terbuka tetap harus kamu jaga hingga pinjaman selesai dilunasi. Jangan menghindar, memblokir kontak, atau bersikap defensif saat belum mampu membayar. Sikap seperti itu justru membuat situasi lebih rumit dan merusak hubungan baik.
Sebaliknya, berterima kasihlah dengan tulus setelah selesai melunasi pinjaman. Kalimat sederhana seperti ‘terima kasih sudah membantu waktu itu’ punya kekuatan besar untuk menunjukkan rasa tanggung jawab dan menghormati kepercayaan orang lain.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
