Media Asuransi, JAKARTA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dipimpin Erick Thohir memutuskan untuk menutup tujuh perusahaan pelat merah. Pengamat BUMN UI Toto Pranoto menyebutkan hal tersebut merupakan sinyal penting bagi perusahaan BUMN lainnya.
“Pembubaran ini follow up saja dari Keputusan Menteri BUMN terkait BUMN yang sudah berhenti operasi di awal tahun ini. Jadi ini merupakan sinyal penting, bahwa ke depan bagi BUMN yang dianggap tidak memiliki prospek dan kesehatan yang buruk maka likuidasi adalah alternatif,” ujar Toto, ketika dihubungi Media Asuransi, Jumat, 29 Desember 2023.
|Baca: Keluar dari Kemitraan Singlife, Aviva Plc Bidik £80 Juta
Toto menilai pembubaran BUMN ini merupakan langkah yang tepat, sehingga tidak akan menggantung status perusahaan BUMN. “Sekitar enam dari tujuh BUMN yang dibubarkan sudah berhenti operasi sejak belasan tahun lalu, misal, Kertas Kraft Aceh. Jadi ini penting supaya status BUMN tersebut tidak menggantung,” ungkap Toto.
Kinerja BUMN
Selain itu, Toto juga menyoroti kinerja BUMN yang terlihat cukup baik hingga semester I-2023. Toto yakin hingga akhir 2023 BUMN dapat mempertahankan kinerja cemerlang seperti di 2022.
“Sampai dengan semester I-2023 kinerja relatif masih bagus. Keuntungan konsolidasi BUMN masih bertumbuh. Sampai akhir 2023 mestinya kinerja bisa dipertahankan, minimal seperti pencapaian 2022,” ujarnya.
|Baca: Asuransi dan Reasuransi Diminta Mitigasi Risiko Stabilitas Keuangan Akibat Dampak Iklim
Lebih lanjut, Toto menekankan, perlu dilakukan perbaikan di beberapa klaster BUMN yang dinilai memiliki kinerja negatif. “Namun tentu catatan terkait beberapa klaster BUMN yang punya kinerja negatif seperti sektor konstruksi/infrastruktur perlu segera dibenahi,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
1 
