Para pemimpin APEC membahas topik “Promoting Inclusive Growth amidst Hyper-Inflation and Looming Recession” di Bangkok pada Jumat, 18 November 2022. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, mewakili Presiden RI Joko Widodo, dalam acara APEC Leaders’ and Guests’ Working Lunch ini.
IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 melambat dari 3,2 persen pada 2022 menjadi 2,7 persen di 2023. Sedang inflasi mengalami peningkatan dari 4,7 persen di tahun 2021 menjadi 8,8 persen di tahun 2022.
|Baca juga: Digitalisasi Ekonomi dan Keberlanjutan Jadi Kunci Kemakmuran di APEC
Namun, perlambatan pertumbuhan ini perlu diwaspadai, terlebih karena krisis energi dan lingkungan masih menjadi persoalan lintas batas yang memerlukan upaya bersama di level internasional.
Dalam keterangan tertulis, Presiden Filipina, Ferdinand Romualdez Marcos Jr, menekankan pentingnya kontribusi UMKM bagi perekonomian APEC. Dukungan terhadap UMKM perlu ditingkatkan, termasuk membangun infrastruktur digital dan kerja sama untuk menghindari diskriminasi produk UMKM agar dapat masuk ke dalam perdagangan global.
Isu transformasi digital juga turut dibahas secara komprehensif dalam pertemuan ini oleh para pemimpin APEC. Perdana Menteri Korea Selatan, Han Duck-soo, menekankan pentingnya strategi bersama untuk mewujudkan transisi digital, termasuk di dalamnya dukungan terhadap UMKM, start-up, serta fasilitasi transisi industri.
Selanjutnya untuk isu ekonomi inklusif, Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menekankan peran penting perdagangan dan pembangunan ekonomi dalam menciptakan masyakakat yang sejahtera dan berkeadilan. Harris mendorong pendekatan bottom up dan middle up untuk meningkatkan peran dan akses kelompok marjinal, perempuan, dan kelompok rentan lainnya terhadap kesempatan kerja yang lebih baik.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News