Media Asuransi, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan bahwa Ekonomi global tumbuh sesuai prakiraan pada 2021 dan berlanjut pada 2022, meski masih dibayangi gangguan rantai pasok dan kenaikan kasus Covid-19. Pertumbuhan ekonomi global diprakirakan akan berlangsung lebih seimbang, tidak hanya bertumpu pada pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China, namun juga disertai dengan perbaikan ekonomi Eropa, Jepang, dan India.
“Perkembangan tersebut didorong oleh akselerasi tingkat vaksinasi, stimulus kebijakan, dan pemulihan kegiatan usaha secara bertahap. Berbagai indikator ekonomi pada November 2021, antara lain Purchasing Managers’ Index (PMI), keyakinan konsumen, dan penjualan ritel, menunjukkan pemulihan yang terus berlangsung, di tengah indikator waktu transportasi (PMI Suppliers’ Delivery Times Index) barang global yang masih tertahan,” katanya dalam jumpa pers secara daring, Kamis, 16 Desember 2021.
Perry menjelaskan bahwa dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi dunia tumbuh sesuai proyeksi sekitar 5,7 persen pada 2021 dan 4,4 persen pada 2022. Kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia masih berlanjut, sehingga menopang prospek ekspor negara berkembang.
|Baca juga: BI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi 4,7 Persen-5,5 Persen Tahun 2022
“Ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut di tengah penyebaran Covid-19 varian Omicron dan pengumuman siklus pengetatan kebijakan moneter the Fed yang lebih cepat. Hal tersebut mengakibatkan terbatasnya aliran modal dan tekanan nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia,” tuturnya.
Gubernur BI menambahkan, proses pemulihan ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut dan akan meningkat lebih tinggi pada 2022. Pertumbuhan ekonomi diprakirakan membaik pada kuartal IV/2021 sejalan dengan meningkatnya mobilitas pasca langkah-langkah penanganan yang ditempuh pemerintah dalam pengendalian Covid-19 varian Delta.
Kinerja konsumsi swasta, investasi, serta konsumsi pemerintah diprakirakan terus meningkat, di tengah tetap terjaganya kinerja ekspor. Pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh kinerja Lapangan Usaha utama, antara lain Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Pertambangan yang diprakirakan tetap baik.
Sejumlah indikator hingga Desember 2021 menunjukkan proses pemulihan yang berlanjut, seperti peningkatan mobilitas masyarakat di berbagai daerah, kenaikan penjualan eceran, penguatan keyakinan konsumen, serta ekspansi PMI Manufaktur. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2021 berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia yaitu 3,2-4,0 persen.
“Pada 2022, perbaikan ekonomi terutama didukung konsumsi swasta yang meningkat, dan kinerja ekspor serta belanja fiskal pemerintah yang tetap terjaga. Hal tersebut sejalan dengan mobilitas yang terus meningkat, pembukaan ekonomi yang semakin luas, serta stimulus kebijakan yang berlanjut. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi domestik 2022 tumbuh lebih tinggi menjadi 4,7-5,5 persen,” kata Perry Warjiyo.
Di sisi lain, Bank Indonesia mencatat bahwa Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan tetap baik. Kinerja transaksi berjalan pada kuartal IV/2021 diprakirakan membaik didorong oleh surplus neraca barang yang berlanjut. Neraca perdagangan November 2021 mencatat surplus sebesar 3,5 miliar dolar AS, didukung oleh kinerja ekspor komoditas utama, seperti batu bara, besi dan baja, dan kimia organik.
|Baca juga: Neraca Pembayaran Indonesia Q3 2021 Berbalik Surplus, Ini Komentar Pemerintah
Sementara itu, terdapat penyesuaian aliran modal asing di pasar keuangan domestik, tercermin dari investasi portofolio yang mencatat net outflows sebesar 2,3 miliar dolar AS pada periode Oktober hingga 14 Desember 2021. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2021 meningkat, yakni 145,9 miliar dolar AS, setara pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
“Ke depan, transaksi berjalan diprakirakan dalam kisaran surplus 0,3 persen sampai dengan defisit 0,5 persen dari PDB pada 2021, dan akan tetap rendah dalam kisaran defisit 1,1-1,9 persen dari PDB pada 2022, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia,” kata Gubernur BI.
Nilai tukar Rupiah terjaga didukung oleh ketahanan sektor eksternal Indonesia dan langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia, di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang meningkat. Nilai tukar Rupiah pada 15 Desember melemah terbatas 0,07 persen secara point to point dan 0,70 persen secara rerata dibandingkan dengan level November 2021. Perkembangan nilai tukar pupiah tersebut disebabkan oleh aliran modal keluar dari negara berkembang di tengah terjaganya pasokan valas domestik dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik.
Dengan perkembangan ini, Rupiah sampai dengan 15 Desember 2021 mencatat depresiasi sekitar 1,97 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020, lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India (3,93 persen, ytd), Filipina (4,51 persen, ytd), dan Malaysia (4,94 persen, ytd). “Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” jelas Perry Warjiyo.
Sementara itu, inflasi tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2021 tercatat inflasi 0,37 persen (mtm) sehingga inflasi IHK sampai November 2021 mencapai 1,30 persen (ytd). Secara tahunan, inflasi IHK tercatat 1,75 persen (yoy), meningkat dari inflasi Oktober 2021 sebesar 1,66 persen (yoy). Inflasi inti tetap rendah sebesar 1,44 persen (yoy) di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat, didukung oleh pasokan yang terkendali, nilai tukar yang stabil, dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Inflasi kelompok volatile food melambat didukung pasokan barang yang memadai. Inflasi kelompok administered prices meningkat dipengaruhi kenaikan tarif angkutan udara sejalan mobilitas yang membaik.
Inflasi diprakirakan berada di bawah batas bawah kisaran sasarannya 3,0±1 persen pada 2021 dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1 persen pada 2022. Bank Indonesia berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) guna menjaga inflasi IHK dalam kisaran targetnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News