1
1

Bank Indonesia Prakirakan Tekanan Inflasi IHK Akan Meningkat

Aktivitas pasar tradisional di Jakarta Selatan. | Foto: Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memprakirakan tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akan meningkat. Tekanan ini akibat dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan, dan masih tingginya harga energi dan pangan global.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), IHK pada September 2022 mengalami inflasi sebesar 1,17 persen month to month (mtm) setelah pada bulan Agustus mengalami deflasi sebesar 0,21 persen mtm. Inflasi terutama bersumber dari peningkatan harga kelompok administered prices, di tengah penurunan inflasi inti dan deflasi pada kelompok volatile food. Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK September 2022 tercatat 5,95 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,69 persen yoy.

Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan mendorong inflasi tahun 2022 melebihi batas atas sasaran 3,0±1 persen. Oleh karena itu diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dan Bank Indonesia, baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023.

|Baca juga: Inflasi Januari-September 2022 Sebesar 4,84 Persen

“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan mitra strategis dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui peningkatan efektivitas pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah untuk menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan,” kata Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa, 4 Oktober 2022.

Inflasi inti pada Sepember 2022 terjaga sebesar 0,30 persen mtm, menurun dibandingkan dengan inflasi Agustus 2022 yang sebesar 0,38 persen mtm. Penurunan inflasi inti secara bulanan terutama dipengaruhi oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring dengan pergerakan harga emas global, di tengah dampak lanjutan penyesuaian harga BBM terhadap inflasi inti yang tetap terjaga pada September 2022. Penurunan lebih lanjut tertahan oleh kenaikan kelompok pendidikan seiring dengan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi.

Secara tahunan, inflasi inti September 2022 tercatat 3,21 persen yoy, meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,04 persen yoy. “Ke depan, inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan masih berlanjut sejalan dengan dampak lanjutan (second round effect) dari penyesuaian harga BBM bersubsidi dan menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Bank Indonesia berkomitmen untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan inflasi inti kembali ke sasaran 3+1 persen pada paruh kedua 2023,” jelas Erwin.

|Baca juga: Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah

Sementara itu, kelompok volatile food pada September 2022 kembali mencatat deflasi sebesar 0,79 persen mtm, setelah pada bulan Agustus mencatat deflasi sebesar 2,90 persen mtm. Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi bawang merah, aneka cabai, dan minyak goreng sejalan dengan peningkatan pasokan seiring panen raya di daerah sentra produksi dan pasokan minyak goreng yang terjaga.

Di sisi lain, komoditas beras mengalami inflasi seiring periode musim panen gadu di daerah sentra produksi. Secara tahunan, kelompok volatile food mengalami inflasi 9,02 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,93 persen yoy.

Sedangkan inflasi kelompok administered prices pada September 2022 mencatat peningkatan menjadi 6,18 persen mtm dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,33 persen mtm. Peningkatan inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh first round effect dari penyesuaian harga BBM bersubsidi seperti yang tercermin pada kenaikan inflasi bensin, angkutan dalam kota, solar, angkutan kota antarprovinsi, dan tarif kendaraan online. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi 13,28 persen yoy, lebih tinggi dari inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 6,84 persen yoy.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Perusahaan Asuransi, OJK Kembali Pastikan Penerapan PSAK 74 Mulai Januari 2025
Next Post Fitch Afirmasi Peringkat Bank BTPN AAA Outlook Stabil

Member Login

or