Media Asuransi, JAKARTA – Bank sentral memandang pentingnya informasi terkait Environmental, Social and Governance (ESG) sebagai aspek informasi kinerja lembaga, yang terstandarisasi, berkualitas tinggi, dan dapat diandalkan untuk proses pengambilan keputusan.
Di sisi lain, bank sentral terus berkomitmen dalam meningkatkan kesadaran akan keberlanjutan, terutama terkait tantangan iklim. Hal itu antara lain diwujudkan melalui kontribusi terhadap upaya menilai, memitigasi dan mengelola dampak risiko terkait iklim terhadap perekonomian dan sistem keuangan di bawah mandat tugas di bidang moneter dan stabilitas sistem keuangan.
Pada KTT G-20 tahun lalu, di Bali, Communique, G20 Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral menyatakan bahwa pendanaan berkelanjutan sangat penting untuk mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan, berketahanan, dan pemulihan ekonomi global yang inklusif. Hal ini menjadi landasan bagi bank sentral untuk terus mengedepankan kebijakan berbasis lingkungan hidup, termasuk mendorong upaya transisi untuk mengurangi emisi. Sebagai regulator di bidang makroprudensial, Bank Indonesia telah mulai inisiatif hijau sejak 2021.
Upaya memperkuat transparansi pelaksanaan tugas lembaga di antaranya melalui integrasi publikasi laporan berkelanjutan (sustainability report) dengan laporan keuangan diperlukan untuk membangun kepercayaan seluruh pemangku kepentingan, dan mendorong penguatan nilai lembaga dalam jangka panjang. Untuk itu berbagai lembaga, termasuk bank sentral memandang pentingnya informasi terkait Environmental, Social and Governance (ESG) sebagai aspek informasi kinerja lembaga, yang terstandarisasi, berkualitas tinggi, dan dapat diandalkan untuk mengevaluasi data ESG secara efisien dan memasukkannya ke dalam proses pengambilan keputusan.
Terkait ini, pada pembukaan International Seminar Central Bank Finance 2023 yang mengangkat tema “Challenges for Central Banks on Sustainability Reporting and Scaling Up Sustainability Invesment” yang berlangsung pada 5- 6 Oktober 2023 di Bali, Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, menyampaikan langkah-langkah yang telah ditempuh Bank Indonesia untuk mendorong ekonomi berkelanjutan.
Pertama, selama dekade terakhir, BI telah menyelenggarakan serangkaian green workshop dan mengikuti beberapa green international fora. “Termasuk sebagai salah satu co-founder dari Sustainable Banking Network, salah satu forum internasional pertama di bidang keuangan berkelanjutan atau sustainable finance di dunia,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat, 6 Oktober 2023.
Kedua, menerbitkan ketentuan terkait green Loan to Value (LTV) untuk mendorong penerapan bangunan yang ramah lingkungan (green building), dan kendaraan listrik (electric vehicle) dengan mengizinkan LTV pinjaman properti ramah lingkungan hingga 100 persen, dan uang muka kredit kendaraan listrik maksimal 0 persen.
Ketiga, menerbitkan peraturan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) hijau untuk meningkatkan penerbitan obligasi hijau dengan mengizinkan bank untuk memenuhi persyaratan rasio pembiayaan inklusif melalui pembelian obligasi hijau. “Kebijakan ini telah menciptakan permintaan yang signifikan terhadap obligasi domestik, sekaligus menunjukkan bahwa kebijakan makroprudensial berdampak terhadap pembiayaan hijau,” tutur Destry.
Keempat, menerapkan kebijakan barunya pada Oktober 2023 yaitu Kebijakan Likuiditas Makroprudensial untuk mendorong pembiayaan hijau dengan tambahan komitmen insentif mencapai Rp50 triliun. “Bank Indonesia juga terus mendorong perannya dalam green leadership di sektor keuangan,” tegasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News