Media Asuransi, JAKARTA – Konsumerisme merupakan pola hidup yang ditandai dengan kecenderungan membeli dan menggunakan barang secara berlebihan, melebihi kebutuhan pokok. Kebiasaan ini biasanya dipicu oleh keinginan untuk mendapatkan pengakuan sosial, mencari kesenangan, atau memuaskan dorongan emosional.
|Baca juga: 122 Juta Rekening Dormant Dibekukan, PPATK Beberkan Cara Aktifkan Kembali
|Baca juga: Bank Mandiri (BMRI) Akselerasi Generasi Muda Melek Finansial Lewat SimPel
Melansir laman resmi OCBC, Senin, 18 Agustus 2025, sedangkan hedonisme adalah pandangan hidup yang menempatkan kesenangan dan kebahagiaan sebagai tujuan utama manusia. Dalam kehidupan modern, hedonisme sering dikaitkan dengan perilaku konsumtif dan upaya mencari kenikmatan instan, yang berpotensi menimbulkan dampak negatif apabila tidak dikendalikan.
Perbedaan konsumerisme dan hedonisme
Sekilas keduanya memang tampak sama, yaitu sama-sama fokus pada kesenangan hidup. Namun sebenarnya konsumerisme dan hedonisme itu memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut:
1. Definisi
Konsumerisme itu gaya hidup yang mendorong seseorang untuk terus membeli dan mengkonsumsi barang secara berlebihan, tanpa pertimbangan kebutuhan. Dalam konsumerisme, nilai seseorang diukur dari apa yang mereka punya, bukan siapa mereka sebenarnya. Sementara hedonisme adalah pandangan hidup yang menjadikan kenikmatan dan kesenangan pribadi sebagai tujuan utama. Fokusnya bukan pada kepemilikan, melainkan pada pengalaman dan rasa senang yang dirasakan.
|Baca juga: HSBC Sebut Geliat Investor Domestik dan Kembalinya Asing Picu Pasar Modal RI Kian Kuat
|Baca juga: Pemerintah Dorong UMKM Lebih Berkualitas saat Optimalkan Digital untuk Pacu Bisnis
2. Fokus utama: Memiliki vs merasakan
Konsumerisme akan selalu merasa harus memiliki lebih banyak barang. Mereka tergoda membeli hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan, hanya karena takut tertinggal tren atau ingin diakui secara sosial. Di sisi lain, hedonisme tidak selalu tentang membeli barang. Fokusnya adalah mengejar kesenangan, yang bisa berasal dari makanan favorit, hobi, traveling, atau kenyamanan pribadi.
3. Bentuk pengeluaran yang dominan
Dalam konsumerisme, uang biasanya dihabiskan untuk membeli produk-produk fisik: baju baru, perabot rumah, mobil, gadget, dan sebagainya. Sedangkan hedonisme pengeluaran lebih banyak digunakan untuk pengalaman, seperti dinner romantis, spa eksklusif, short trip, nonton konser, atau minum kopi spesialti setiap hari.
4. Pemicu utama: Eksternal vs internal
Konsumerisme dipicu oleh faktor eksternal seperti iklan, media sosial, atau tekanan dari lingkungan sosial. Misalnya, karena teman beli iPhone terbaru, kamu merasa harus ikut beli juga agar dianggap selevel. Sedangkan hedonisme lebih sering muncul dari faktor internal, seperti stres, rasa jenuh, atau keinginan memanjakan diri. Orang hedonis bisa saja membeli kopi mahal atau staycation dengan alasan self reward.
|Baca juga: Pemerintah Catat Penyaluran KUR Capai Rp150 Triliun per Juli 2025, Paling Banyak di Sektor Produksi
|Baca juga: Minim Emiten Baru, HSBC Dorong Indonesia Genjot IPO untuk Gaet Investor
5. Kebiasaan harian yang membedakan
Konsumerisme mungkin punya kebiasaan scroll e-commerce tiap hari, beli barang-barang lucu tapi tak terpakai, atau menumpuk pakaian dan skincare yang belum dibuka. Sedangkan hedonis cenderung punya kebiasaan seperti nongkrong di tempat mahal, impulsif dalam memilih aktivitas menyenangkan, dan sulit menolak ajakan liburan meskipun budget sedang tipis.
6. Dampak jangka panjang
Konsumerisme dapat menyebabkan ruang hidup penuh barang tak berguna, utang kartu kredit, dan rasa penyesalan setelah belanja. Karena membeli lebih dari kebutuhan, uang habis sia-sia. Hedonisme bisa lebih fleksibel, tergantung bagaimana ia mencari kesenangan. Jika terus mengejar kesenangan dengan biaya tinggi maka ini bisa menyebabkan gaya hidup konsumtif terselubung dan membuat seseorang gagal menabung.
7. Mana yang lebih boros?
Secara umum, konsumerisme lebih boros dalam jangka panjang. Hal ini karena pengeluaran terjadi terus-menerus untuk barang-barang yang nilainya cepat turun, jarang dipakai, bahkan akhirnya dibuang. Sementara hedonisme bisa dikendalikan jika seseorang bisa menikmati hal-hal sederhana, seperti nonton film di rumah, masak bareng, atau piknik murah. Hedonisme menjadi boros hanya ketika kesenangan yang dicari selalu identik dengan biaya mahal.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News