Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih baik dari prakiraan dengan penghapusan Zero Covid Policy di China. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih tinggi dari prakiraan 2,3 persen sebelumnya.
“Pertumbuhan ekonomi Tiongkok berpotensi lebih tinggi dengan permintaan domestik yang meningkat sejalan pembukaan ekonomi Tiongkok pascapenghapusan Zero Covid Policy,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam keterangan resmi yang dikutip Sabtu, 18 Februari 2023.
Menurutnya, perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa diperkirakan melambat dengan risiko resesi yang masih tinggi. Sementara itu, inflasi global menurun secara gradual dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan perbaikan gangguan rantai pasokan, meskipun tetap di level tinggi seiring harga energi dan pangan yang belum turun signifikan dan pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa yang masih ketat.
|Baca juga: Indonesia Jadikan Chairmanship ASEAN 2023 Sebagai Jangkar Stabilitas Ekonomi Global
Inflasi yang melandai diprakirakan mendorong kebijakan moneter ketat di negara maju mendekati titik puncaknya, dengan suku bunga diprakirakan masih tetap tinggi di sepanjang 2023. Ketidakpastian pasar keuangan global juga mereda sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang. Tekanan depresiasi nilai tukar di berbagai negara tersebut berkurang.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan tetap kuat dan berpotensi lebih tinggi, didorong kenaikan ekspor serta semakin membaiknya permintaan domestik khususnya konsumsi swasta. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV/2022 tercatat tinggi sebesar 5,01 persen year on year (yoy) sehingga secara keseluruhan tahun 2022 tercatat 5,31 persen yoy, jauh meningkat dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar 3,70 persen yoy.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat pada 2022 terjadi di seluruh wilayah, dengan pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), diikuti Jawa, Bali-Nusa Tenggara (Balinusra), Kalimantan, dan Sumatera. Untuk tahun 2023, “Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi akan cenderung bias ke atas dalam kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen,” kata Perry Warjiyo.
Kinerja ekspor berpotensi akan lebih tinggi dari prakiraan semula didorong oleh pengaruh positif perbaikan ekonomi China. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh tinggi dipengaruhi keyakinan pelaku ekonomi yang meningkat dan kenaikan mobilitas masyarakat pascapencabutan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Investasi membaik didorong perbaikan prospek bisnis, peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlanjut.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News