Media Asuransi, JAKARTA – Digitalisasi ekonomi Indonesia yang begitu cepat, merupakan upaya bersama regulator, asosiasi terkait, dan industri, dalam mengimplementasikan berbagai inisiatif Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025. Atas hal tersebut, dalam Presidensi G20 2022, dunia telah mengakui transformasi digital Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan bahwa dalam Presidensi G20 tersebut, terdapat kesepakatan cross border payment, sehingga diperkirakan enam tahun ke depan pembayaran antarnegara akan semakin erat, cepat, murah dan aman. Menurut Perry, ada 5 langkah penting untuk mendigitalisasi ekonomi Indonesia.
Hal itu disampaikan Gubernur BI dalam penutupan 4th Indonesia Fintech Summit (IFS) dan Bulan Fintech Nasional (BFN) 2022 di Yogyakarta, 12 Desember 2022. Acara ini terselenggara berkat kerja sama Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
|Baca juga: AFPI Perkuat Perannya Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional
4th IFS merupakan forum pertemuan para pimpinan lembaga keuangan, asosiasi, dan pelaku fintech lokal dan mancanegara. Sedangkan BFN 2022 yang berlangsung selama sebulan penuh mempertemukan para penggiat fintech dari berbagai negara di luar Indonesia melalui serangkaian webinar. 4th IFS dan BFN 2022 mengusung tema ‘Moving Forward Together: The Role of Digital Finance & Fintech in Promoting Resilient Economic Growth and Financial Stability‘.
Gubernur BI menjelaskan 5 langkah penting untuk mendigitalisasi ekonomi Indonesia, yaitu:
1. Satu bahasa layanan pembayaran dan jasa keuangan melalui QRIS yang telah mencapai 30 juta pengguna, Standar Nasional Open API (SNAP) dengan 87 jenis servis yang akan terus diperluas, dan pengaturan data yang mencakup data publik, data kontraktual, dan data privat.
2. Satu bangsa melalui pengaturan konsolidasi industri jasa pembayaran yang berbasis klaster sehingga terbangun kolaborasi dalam ekosistem pembayaran bank dan non bank untuk berkompetisi secara global.
3. Satu nusa melalui 3i yaitu interkoneksi, interoperabilitas dan integrasi antara lain pada pasar uang dan operasi moneter, BI-FAST dengan RTGS dan GPN.
4. Pembentukan market conduct dan pricing policy untuk persaingan industri sehat.
5. Digital rupiah yang akan mencakup penerbitan, pemusnahan dan transfer antar bank. Saat ini BI tengah menjajaki teknologi yang digunakan untuk Rupiah Digital.
“Rupiah Digital dapat diimplementasikan pada Operasi Moneter (OM) dan Pasar Uang. Tidak menutup kemungkinan pelaku sistem pembayaran kritikal akan menjadi wholesaler untuk Rupiah Digital ini,” kata Perry Warjiyo.
Gubernur BI juga menyampaikan bahwa telah disepakati desain konseptual untuk Central Bank Digital Currency (CDBC) untuk mendorong transaksi cross border serta inklusi keuangan yang mendukung UMKM, kaum muda dan perempuan. “Hal yang terpenting dalam digitalisasi adalah aktivitas, risiko, dan regulasi, serta supervisi. Let’s digitalize Indonesia for better future,” jelasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News