Media Asuransi, JAKARTA – Banyak pelaku Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) yang sudah bekerja keras, jualan setiap hari, omzet terlihat besar, tapi ujung-ujungnya saldo rekening tetap tipis. Mungkin kamu juga pernah merasakannya saat penjualan lancar, pelanggan ramai, tapi keuntungannya seolah menguap entah ke mana.
Fenomena ini umum sekali terjadi karena banyak pebisnis yang fokus pada balik modal, bukan pada mengelola modal. Padahal, dua hal itu berbeda jauh. Balik modal berarti uangmu kembali, sementara pengelolaan modal yang baik justru membuat uangmu berkembang.
Mengutip Bank Neo Commerce, Minggu, 14 Desember 2025, kalau kamu ingin bisnismu bertahan lama dan menghasilkan keuntungan nyata, ini saatnya mulai mengatur uang usaha dengan lebih bijak:
1. Pisahkan uang pribadi dan uang usaha
Ini aturan paling dasar, tapi masih sering dilanggar. Banyak pelaku usaha yang mencampur uang pribadi dan uang bisnis dalam satu rekening. Hasilnya? Uang usaha sering ‘terpakai’ untuk kebutuhan pribadi tanpa terasa mulai dari beli makan siang, traktir teman, atau belanja keluarga.
Cara paling aman adalah membuat rekening terpisah khusus untuk usaha. Dengan begitu, kamu bisa memantau arus kas lebih jelas: berapa pengeluaran operasional, berapa pendapatan harian, dan berapa sisa modal.
Contoh nyata: Bayangkan kamu punya warung kopi. Kalau keuntungannya tiap hari langsung dipakai untuk jajan atau nongkrong, kamu tidak akan pernah tahu apakah bisnismu sebenarnya untung atau hanya muter modal. Dengan memisahkan rekening, kamu bisa mengukur kinerja usaha dengan lebih akurat.
2. Catat semua pengeluaran
Sering kali kerugian bisnis datang bukan karena penjualan menurun, tapi karena kebocoran kecil yang dibiarkan. Misalnya, uang parkir, pembelian bahan tambahan, atau biaya listrik yang naik diam-diam.
Kebiasaan mencatat pengeluaran bisa membantu kamu mendeteksi area yang bisa dihemat. Kamu tidak perlu sistem rumit bisa pakai aplikasi keuangan sederhana atau spreadsheet harian. Yang penting, semua transaksi tercatat.
3. Tentukan gaji untuk diri sendiri
Banyak pengusaha kecil merasa ‘tidak enak’ menggaji diri sendiri karena semua uang dianggap milik usaha. Akibatnya, keuangan pribadi dan usaha jadi tumpang tindih. Padahal, menggaji diri sendiri justru penting agar kamu bisa menghitung profit secara realistis.
|Baca juga: Living On the Ring of Fire, Allianz Indonesia Serukan Pentingnya Asuransi untuk Lindungi Diri dan Aset
|Baca juga: Gara-gara Tumbler Hilang, Karyawan Pialang Asuransi Ini Dipecat Usai Dinilai Cemarkan Nama Perusahaan
Tentukan nominal gaji tetap setiap bulan, sesuai kemampuan bisnis. Misalnya, jika omzet usahamu Rp10 juta per bulan, alokasikan 10–15 persen untuk gaji pribadi. Dengan begitu, kamu tahu mana penghasilan pribadi dan mana keuntungan usaha yang bisa diputar lagi.
4. Buat anggaran operasional bulanan
Setiap bisnis pasti punya pengeluaran rutin seperti bahan baku, sewa tempat, gaji karyawan, hingga biaya promosi. Tanpa anggaran yang jelas, semua terasa penting dan akhirnya semua dibelanjakan.
Buatlah anggaran operasional yang realistis, berapa batas maksimal untuk pengeluaran bulanan, termasuk dana darurat usaha. Misalnya, kamu bisa menetapkan 60 persen dari total pendapatan untuk biaya operasional, 20 persen untuk pengembangan usaha, 10 persen untuk tabungan atau investasi, dan 10 persen untuk dana darurat.
5. Putar keuntungan, bukan modal
Salah satu kesalahan umum pebisnis adalah terus memakai modal awal untuk operasional tanpa pernah menyisihkan laba untuk pengembangan. Padahal, pertumbuhan bisnis yang sehat terjadi saat keuntungan digunakan untuk menambah nilai usaha, bukan sekadar bertahan.
Misalnya, dari keuntungan tiga bulan terakhir kamu sisihkan 30 persen untuk menambah stok barang atau memperbaiki branding online. Langkah kecil ini bisa membuka peluang peningkatan omzet tanpa harus mengambil pinjaman tambahan. Dengan mindset seperti ini, kamu bukan hanya bertahan, tapi juga tumbuh secara berkelanjutan.
6. Siapkan dana darurat usaha
Banyak pelaku UMKM yang baru sadar pentingnya dana cadangan ketika sudah kepepet saat mesin rusak, stok bahan habis karena cuaca, atau penjualan menurun drastis. Idealnya, dana darurat bisnis setidaknya mencakup pengeluaran operasional selama 3–6 bulan. Fungsinya bukan hanya untuk bertahan, tapi juga memberi ruang bernapas untuk mengambil keputusan strategis tanpa panik.
7. Evaluasi keuangan secara berkala
Setiap tiga bulan, luangkan waktu untuk meninjau laporan keuangan bisnis: Apakah omzet meningkat? Apakah pengeluaran bisa ditekan? Atau apakah margin keuntungan stabil? Dari sini, kamu bisa menentukan langkah selanjutnya, apakah perlu menambah modal, memperluas produk, atau mengefisienkan biaya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
