1
1

Ekonomi Indonesia 2023 Diramal Tumbuh 4,9%-5,2%

Lima Tahun Kinerja, Industri Keuangan Non Bank Tumbuh Baik dan Stabil

Media Asuransi, JAKARTA – Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan tetap tumbuh hingga 4,9%-5,2% pada tahun 2023.

CEO Loan Market (Indonesia), Sari Dewi, mengatakan bahwa perekonomian Indonesia dan negara-negara ASEAN masih ternilai kuat jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa dan Amerika.

Walau Bank Indonesia sudah mulai meningkatkan suku bunganya secara konsisten, masih banyak perbankan yang memberikan promo-promo menarik, sehingga masih banyak penawaran yang kompetitif bagi masyarakat yang ingin mengajukan pinjaman,” katanya dalam acara Talk Show bertajuk Entering 2023: What to Expect in The Financial Industry’, Rabu, 15 Februari 2023.

|Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Optimistis, Ekonomi Indonesia Tumbuh Positif di 2023

Hendar Dwi Warsono mewakili Bank KB Bukopin mengatakan bahwa tahun 2023 dan 2024 justru menyediakan opportunity. Karena menurutnya, investasi yang diperoleh oleh KB Bukopin mencerminkan bahwa Indonesia dapat menjadi salah satu kontributor untuk income para investor. Dan, optimisme ini juga dilihat dari kegigihan KB Bukopin yang mulai berekspansi kembali di sektor bisnis, corporate, dan mulai berkontribusi untuk developer, khususnya bagi pinjaman untuk konstruksi lokal dan nasional,” katanya.

Peran Loan Brokers

Selain membahas perekonomian secara makro, talk show kali ini juga mendiskusikan  consumer loans secara spesifik. Kiyoko Tri Safitri selaku Principals Loan Market Adam Malik membicarakan mengenai signifikansi peran dari loan brokers, yaitu sebagai jembatan bagi nasabah dengan bank dalam memberikan pinjaman yang paling tepat.

Tugas loan broker adalah melakukan profiling terhadap bank dan lembaga keuangan non bank seperti BPR, multifinance, fintech, dan lain-lain yang paling tepat untuk nasabah. Loan Adviser Adam Malik yang memiliki pengalaman kerja di bidang perbankan sehingga memiliki network dan knowledge eksklusif dalam bidang kredit ini dapat membantu nasabah dalam mencocokkan profil serta kondisi nasabah dengan lembaga keuangan yang sesuai, agar ajuan pinjaman dapat diterima dan nasabah pun mendapatkan pinjaman yang tepat.

|Baca juga: Broker Bersikeras Industri Reasuransi Harus Merangkul Volatilitas

Kiyoko pun menambahkan, “Misalnya, seorang nasabah ingin membeli ruko, tapi hanya ingin memberikan DP sebesar 5%, nah biasanya untuk pembelian ruko di consumer loans ketentuannya harus 30% untuk DP. Di sini, tugas Loan Market yaitu memberikan alternatif terbaik, seperti memberikan ajuan pinjaman ini bukan ke bank consumer, tetapi ke Small Medium Enterprises (SMEs) yang bersifat komersial, karena ada bank-bank yang dapat memberikan 100% dari appraisal,” jelasnya.

“Jika Anda ingin pengajuan pinjaman yang cepat, maka bunga Anda akan tinggi. Tetapi misal Anda ingin bunga terbaik, Loan Market dapat melihat data keuangan Anda. Jika data keuangannya baik, maka kita juga punya list dari bunga terendah hingga tertinggi. Begitu juga halnya dengan deposito, saat ini ada deposito yang menawarkan bunga 6,5% per tahun,” ungkap Principal Loan Market Adam Malik.

Sesuai dengan misinya, Loan Market membuat proses pinjaman yang cenderung rumit menjadi mudah, dan Loan Market menjadi bisnis paling terpercaya untuk membantu nasabah dalam mengambil keputusan finansial. Ke depannya, Loan Market akan terus membantu nasabah dalam memberikan opsi terbaik untuk membeli rumah.

Hal ini menjadi fokus bagi Sari Dewi dan team Loan Market Indonesia. “Saat ini, KPR Indonesia sangatlah kecil, jika kita bandingkan, Australia dengan populasi hanya 23 juta, dapat mencairkan 100 T loans per bulannya, data ini diambil hanya dari bookings Loan Market Australia. Sementara, jika dijumlahkan, seluruh perbankan di Indonesia, hanya mencairkan Rp15 triliunRp20 triliun per bulannyaJadi sebetulnya, potensi Indonesia dalam KPR masih sangat tinggi, karena masih sangat banyak masyarakat yang membutuhkan rumah. Oleh karena itu, Loan Market Indonesia akan lebih fokus membantu masyarakat umum untuk memiliki rumah, karena rumah adalah kebutuhan pokok,” ungkap Sari Dewi. 

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Dampak Hardening Market bagi Industri Asuransi di Indonesia
Next Post Nasabah Mesti Bersiap Harga Premi Kemungkinan Naik di 2023

Member Login

or