Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – September’s policy rate decision: A more hawkish signal, ekonomi Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memaparkan BI memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,25% serta suku bunga deposit dan lending facility masing-masing sebesar 3,5% dan 5,0%.
|Baca juga: Tekanan Inflasi Meningkat
Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward-looking untuk mengantisipasi kenaikan ekspektasi inflasi, sekaligus mengembalikan inflasi inti ke targetnya di 3±1%. “Kami memperkirakan kenaikan 50 bps lainnya pada pertemuan berikutnya dan kenaikan 25 bps pada bulan November di mana tetap di 5,0% pada akhir tahun.”
Sementara itu, Arya mencatat likuiditas perbankan semakin ketat. Per 7 September 2022, total outstanding instrumen operasi pasar terbuka (OPT) BI turun menjadi Rp495,9 triliun, turun Rp84,9 triliun dibandingkan akhir Agustus sebesar Rp580,8 triliun.
Namun, dia menilai masih banyak ruang bagi perbankan untuk terus menyalurkan kredit. NPL tetap terkendali di 2,9% sementara pinjaman yang direstrukturisasi terkait Covid-19 terus menurun menjadi Rp560,4 triliun di bulan Juli (vs. Rp576.2 triliun di Juni), terendah sejak Mei 2020.
|Baca juga: Perbaikan Ekonomi Nasional Berlanjut, Global Berisiko Tumbuh Lebih Rendah
Di tengah berbagai tantangan, termasuk inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga kebijakan, serta ketidakpastian ekonomi global, Rully yakin perekonomian Indonesia akan terus pulih. Dia memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 5,08% tahun ini (vs. 3,69% pada tahun 2021).
“Berdasarkan data historis, kami memperkirakan pengetatan moneter akan berdampak pada aktivitas ekonomi setidaknya dalam dua kuartal ke depan. Oleh karena itu, kami percaya pertumbuhan PDB domestik akan sedikit melambat di 2Q23.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News