1
1

Ekspansi Manufaktur Indonesia Terus Melambat

Aktifitas di dalam pabrik perakitan kendaraan. | Foto: freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Ekspansi sektor manufaktur Indonesia terus melambat pada awal triwulan keempat. Produksi naik pada laju terendah sejak bulan Juni di tengah melemahnya pertumbuhan permintaan baru dan penurunan penjualan ekspor.

Perusahaan juga menyelesaikan penumpukan pekerjaan mereka dan mengurangi jumlah tenaga kerja mereka di tengah penurunan tekanan kapasitas. Namun, aktivitas pembelian masih tinggi, menyebabkan kenaikan inventaris.

Sementara itu, tekanan biaya naik meski hambatan pasokan berkurang. Akan tetapi, upaya untuk mendorong penjualan menyebabkan kenaikan lambat pada harga penjualan.

Headline Purchasing Managers’ Index™ (PMI®) Manufaktur Indonesia dari S&P Global yang disesuaikan secara berkala turun dari 52,3 pada bulan September ke posisi 51,5 pada bulan Oktober. Tercatat di atas tanda tidak ada perubahan 50,0, data terbaru menunjukkan bahwa kondisi di sektor manufaktur membaik selama dua puluh enam bulan berturut-turut, meskipun dengan laju paling lambat sejak bulan Mei. Penyebab penurunan data headline PMI yaitu perlambatan pertumbuhan produksi pada bulan Oktober.

|Baca juga: PMI Manufaktur Turun Jadi 52,3 di September 2023

Meski masih solid, tingkat ekspansi output merupakan yang paling lemah dalam empat bulan. Hal ini utamanya berkaitan dengan perlambatan pertumbuhan penjualan pada bulan Oktober, dengan bukti anekdotal menyebutkan bahwa beberapa perusahaan mengalami kondisi permintaan melemah pada awal triwulan terakhir.

Lebih lanjut, permintaan asing menurun menyebabkan penurunan marginal pada permintaan baru dari luar negeri. Akibat perlambatan pada bisnis baru, perusahaan manufaktur Indonesia mampu menyelesaikan penumpukan pesanan, menyebabkan penurunan pada tingkat pekerjaan yang belum terselesaikan selama empat bulan.

Perbaikan kondisi pasokan juga mendukung pemenuhan pesanan yang belum terselesaikan, dengan waktu tunggu pesanan lebih pendek didukung oleh ketersediaan bahan baku dan efisiensi transportasi.

Sementara itu, penurunan tekanan kapasitas menyebabkan penurunan pertama pada tingkat ketenagakerjaan sejak bulan Juni 2022, meski hanya marginal. Namun demikian, aktivitas pembelian terus berekspansi sejalan dengan kenaikan permintaan baru dan output, menyebabkan kenaikan inventaris input. Stok barang jadi kembali naik pada bulan Oktober.

Dari segi harga, biaya input rata-rata naik, sehingga mengakhiri periode inflasi saat ini yang berawal pada bulan Desember 2029. Menurut peserta survei, dengan kenaikan tingkat inflasi hingga ke posisi tertinggi sejak bulan Maret, biaya bahan baku, transportasi dan keuangan juga naik menyebabkan kenaikan biaya pengoperasian.

Namun demikian, tingkat inflasi harga input masih di bawah rata-rata jangka panjang. Manufaktur Indonesia membagi sebagian beban kenaikan biaya dengan klien, mengakibatkan kenaikan bulanan keempat pada harga jual rata-rata. Akan tetapi, tingkat inflasi biaya output sedikit turun dari posisi bulan September karena perusahaan meneruskan kenaikan biaya pada laju lebih lambat di tengah upaya untuk mendorong penjualan.

Optimisme seputar perkiraan output pada tahun mendatang turun ke tingkat terendah dalam delapan bulan. Menurut panelis, kepercayaan diri bisnis berkurang karena ketidakpastian seputar perkiraan ekonomi global meningkat

Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan data PMI menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi pada awal triwulan keempat. Namun demikian, tanda-tanda perlambatan lebih lanjut pada momen pertumbuhan telah terlihat, termasuk perlambatan kedua secara berturut-turut pada pertumbuhan permintaan baru dan kontraksi baru pada permintaan ekspor baru.

Dia menjelaskan tingkat kepercayaan diri bisnis di antara perusahaan juga terus turun di bawah rata-rata jangka panjang menandakan penurunan optimisme terkait output 12 bulan mendatang.

“Akibat perlambatan pertumbuhan penjualan, perusahaan sedikit menurunkan jumlah tenaga kerja mereka dan membatasi kenaikan harga jual pada bulan Oktober, menggambarkan keputusan bisnis yang lebih konservatif. Akan tetapi penurunan inflasi harga jual yang lebih lambat diharapkan dapat membantu menahan inflasi di perekonomian Indonesia yang menjadi pertanda baik di tengah meningkatnya ketidakpastian.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Market Brief: Wall Street Menguat di Awal Bulan November 2023
Next Post Jumlah Penyelenggara Inovasi Keuangan Digital Mencapai 99 Entitas

Member Login

or