Media Asuransi, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa nilai ekspor Indonesia pada bulan April 2023 mencapai US$19,29 miliar atau turun. Jika dibanding nilai ekspor pada Maret 2023 atau secara month on month (mom) nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 17,62 persen.
“Dibanding April 2022, nilai ekspor Indonesia turun sebesar 29,40 persen,” kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS, Imam Machdi, dalam jumpa perse secara daring, Senin, 15 Mei 2023.
Dia menjelaskan bahwa nilai ekspor nonmigas Indonesia pada April 2023 mencapai US$18,03 miliar, turun 18,33 persen dibanding Maret 2023. Nilainya turun 30,35 persen jika dibanding ekspor nonmigas April 2022 atau secara year on year (yoy).
|Baca juga: Impor April Turun 22,32 Persen Yoy
“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–April 2023 mencapai US$86,35 miliar atau turun 7,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2022. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$81,08 miliar atau turun 8,62 persen,” tutur Imam.
Menurutnya, penurunan terbesar ekspor nonmigas April 2023 terhadap Maret 2023 terjadi pada komoditas logam mulia dan perhiasan/permata sebesar US$573,4 juta (52,30 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih logam, terak, dan abu sebesar US$166,8 juta (26,16 persen).
Sementara itu, berdasar sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–April 2023 turun 12,89 persen dibanding periode yang sama tahun 2022, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 10,86 persen, sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya naik 8,44 persen.
Ekspor nonmigas April 2023 terbesar adalah ke China yaitu US$4,62 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,57 miliar dan India US$1,54 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,92 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$3,16 miliar dan US$1,44 miliar.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–April 2023 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$11,45 miliar (13,26 persen), diikuti Kalimantan Timur US$10,35 miliar (11,99 persen) dan Jawa Timur US$7,76 miliar (8,98 persen).
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News