Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Manufaktur Indonesia pada Februari 2023 tercatat turun tipis ke level 51,2 dibandingkan dengan posisi bulan Januari 51,3.
Dikutip dari S&P Global, Rabu 1 Maret 2023, sektor manufaktur Indonesia tercatat menjaga laju pertumbuhan pada tingkat rendah tetapi stabil pada pertengahan kuartal pertama.
Kenaikan produksi didukung oleh kenaikan permintaan baru dan penyelesaian penumpukan pekerjaan pada bulan Februari. Perusahaan juga menaikkan aktivitas pembelian mereka, namun tetap hati-hati dalam perekrutan.
Sementara hambatan pasokan berkurang karena kinerja vendor membaik, inflasi harga input turun. Namun demikian, tingkat kepercayaan diri bisnis secara keseluruhan turun ke posisi terendah dalam 33 bulan.
|Baca juga: PMI Manufaktur RI Ekspansif, Naik jadi 51,3 di Januari 2023
Purchasing Managers’ Index™ (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global yang disesuaikan secara berkala tercatat di posisi 51,2 pada bulan Februari, turun sedikit dari 51,3 pada bulan Januari. Memperpanjang periode perbaikan kondisi sektor manufaktur saat ini menjadi 18 bulan, meski laju perbaikan masih tetap pada tingkat sedang.
Pertumbuhan produksi manufaktur di Indonesia berkelanjutan pada bulan Februari, dengan tingkat kenaikan merupakan gabungan tercepat sejak bulan September. Kenaikan output didorong oleh ekspansi permintaan baru yang didukung oleh kondisi permintaan yang lebih baik dan basis pelanggan yang lebih luas.
Namun demikian, perbaikan ini didukung oleh permintaan domestik karena permintaan ekspor baru terus turun pada bulan Februari. Menurut para panelis, kondisi permintaan eksternal yang lambat masih membebani penjualan asing. Perusahaan manufaktur Indonesia juga berupaya menyelesaikan penumpukan pekerjaan mereka pada bulan Februari, mengarah pada penurunan baru pada pesanan yang belum terselesaikan.
Meski tingkat penurunan tergolong ringan, ini menggambarkan kenaikan kapasitas di sektor manufaktur Indonesia. Sehingga, perekrutan di sektor manufaktur terbatas, dan tingkat ketenagakerjaan naik hanya pada kisaran kecil pada bulan ini.
Di tengah kenaikan permintaan baru, perusahaan kembali menaikkan aktivitas pembelian mereka. Namun, kenaikan tingkat aktivitas pembelian tidak diterjemahkan menjadi stok input yang lebih besar karena pertumbuhan produksi mengarah pada penggunaan input tingkat tinggi. Sedangkan kekurangan input di pihak pemasok juga menghambat akumulasi inventaris praproduksi.
|Baca juga: PMI Manufaktur ASEAN Terus Membaik, Malaysia Malah Memburuk
Di lain pihak, inventaris pascaproduksi terus naik karena produksi naik. Namun demikian, tingkat akumulasi merupakan yang paling lambat pada periode tiga bulan saat ini di tengah kenaikan penjualan dan kinerja pengiriman yang lebih baik. Tentu saja, waktu pengiriman dari pemasok lebih pendek untuk pertama kali dalam satu tahun.
Selain itu, inflasi biaya input mereda pada bulan Februari. Kenaikan terkini pada biaya input rata-rata kenyataannya merupakan yang paling lambat sejak bulan November 2020, dan tepat di bawah rata-rata 2022. Sementara perusahaan terus berbagi biaya tambahan dengan klien dengan menaikkan harga jual mereka, tingkat kenaikan tergolong ringan secara keseluruhan dan di bawah rata-rata survei jangka panjang.
Terakhir, sentimen secara keseluruhan di sektor manufaktur Indonesia bertahan positif pada bulan Februari, karena perusahaan terus berharap bahwa kondisi pengoperasian akan membaik dan mendukung kenaikan output pada tahun mendatang. Namun demikian, tingkat optimisme turun ke posisi terendah sejak bulan Mei 2020.
Menanggapi hasil survei terkini, Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, mengatakan bahwa PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global menunjukkan kondisi sektor manufaktur terus membaik pada laju stabil dan berkelanjutan pada bulan Februari. Permintaan domestik dilaporkan menguat mendukung pertumbuhan manufaktur output, karena permintaan asing masih dalam proses pemulihan.
“Aspek positif lain berasal dari angka PMI terkini yang merupakan indikasi bahwa hambatan rantai pasokan berkurang. Waktu pengiriman dari pemasok lebih pendek untuk pertama kali dalam satu tahun sementara inflasi biaya input juga mereda, keduanya menggambarkan tekanan dari sisi pasokan berkurang. Ini juga membantu menjaga inflasi harga jual barang relatif ringan pada bulan Februari, memberikan ruang gerak bagi bank sentral Indonesia untuk bermanuver,” jelasnya.
Secara keseluruhan, jelas Jingyi, sentimen bertahan positif di seluruh sektor manufaktur. Akan tetapi, penurunan kepercayaan diri bisnis ke posisi terendah dalam kurun waktu hampir tiga tahun sangat mengkhawatirkan. Ini merupakan kunci agar kondisi lebih baik, termasuk permintaan asing, untuk membantu meningkatkan kepercayaan diri perusahaan.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News