Media Asuransi, JAKARTA – Perekonomian global memang dikhawatirkan akan mengalami resesi di tahun 2023 mendatang. Lonjakan inflasi memaksa bank sentral negara-negara di dunia menaikkan suku bunga yang akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Namun, dalam kondisi global yang seperti ini, Indonesia tak perlu cemas. Perekonomian domestik diperkirakan masih akan tumbuh, berkat dukungan kebijakan moneter yang terukur ini. Bahkan jika dilihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini diperkirakan masih akan tumbuh pada kisaran 4-5 persen. “Jadi dengan itu kita semua punya optimisme ekonomi kita masih akan terus tumbuh,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo, dalam acara Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di Sulawesi Tengah, Senin, 31 Oktober 2022.
BI menilai risiko lonjakan inflasi masih akan terus berlanjut. BI telah tiga kali menaikkan suku bunga acuan sejak Agustus lalu guna menstabilkan nilai tukar dan menjaga inflasi tetap terkendali. Kebijakan ini pun tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.
|Baca juga: Resesi di Depan Mata, 6 Langkah Pengelolaan Keuangan Ini Wajib Hukumnya
Namun, Dody memastikan keputusan BI menaikkan suku bunga acuan telah dipikirkan dengan matang sehingga dampaknya ke pertumbuhan ekonomi tidak separah negara lain. “Semua dilakukan secara terukur. Kita tidak akan menaikkan suku bunga kalau memang itu tidak diperlukan,” jelasnya.
Saat ini BI justru lebih mengkhawatirkan ekspektasi inflasi ketimbang perlambatan pertumbuhan ekonomi. Dia menjelaskan, ekspektasi inflasi ini berasal dari inflasi yang bersifat temporer seperti harga bahan pangan yang tinggi atau pasokan bahan pangan berkurang.
Namun bila inflasi temporer ini tidak segera ditangani oleh BI, maka dapat membentuk ekspektasi inflasi yang dapat terjadi dalam jangka panjang. “Masalah pertumbuhan yang melambat itu adalah prioritas yang kedua karena masalah stabilitas itu tidak ada kata tawar. Tidak ada pertumbuhan yang tinggi kalau itu diikuti dengan harga yang tinggi sehingga mengurangi daya beli. Oleh karena itu mandat BI untuk jaga inflasi ini,” kata Dody Budi Waluyo.
Sebagai bagian menjaga inflasi, Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Tengah menyelenggarakan GNPIP Sulteng di Palu, Sulawesi Tengah. Dalam sinergi ini dicanangkan program Manajemen Pola Tanam Sulawesi Tengah yang Terintegrasi (MATA TANI). Program ini menyediakan database terintegrasi secara realtime, khususnya komoditas padi dan tanaman hortikultura yang diperbarui oleh penyuluh pertanian tingkat kecamatan melalui Forum Tani Sulawesi Tengah guna mengoptimalkan produksi pangan strategis di daerah.
|Baca juga: Ini yang Bakal Terjadi Jika Indonesia Kena Resesi Lagi
Dalam keterangan resmi BI yang dikutip Selasa, 1 November 2022, disebutkan bahwa selain program MATA TANI, terdapat beberapa program pendukung lainnya seperti gerakan urban farming bekerjasama dengan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kota Palu dan Kabupaten Morowali Utara untuk memenuhi kebutuhan pasokan cabai serta memberikan aktivitas produktif bagi masyarakat setempat.
Dody Budi Waluyo, mengapresiasi pencapaian Provinsi Sulawesi Tengah sebagai nominator TPID terbaik tingkat provinsi di wilayah Sulawesi pada TPID Award 2022 selama 2 tahun berturut-turut. Pencapaian ini merupakan rekognisi yang positif, serta merupakan bukti nyata kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Bank Indonesia, dan pihak terkait lainnya. “Hal ini tentunya menjadi penyemangat dalam berkolaborasi menjaga kestabilan harga, terutama kelompok pangan bergejolak atau volatile food,” katanya.
Dia tambahkan, kenaikan inflasi pangan di Indonesia dipengaruhi dari sisi supply, yang coba ditanggulangi melalui GNPIP. Terdapat 3 fokus utama implementasi GNPIP di jangka pendek yaitu: 1) Operasi pasar yang didukung ketersediaan dana termasuk belanja tak terduga dari APBD. 2) Kerja sama Antar Daerah (KAD) yang didukung digitalisasi dan subsidi transportasi. 3) Ketahanan Pangan program end-to-end dari hulu ke hilir, termasuk saprotannya. Selain itu, kegiatan pendukung lainnya di sisi manajemen produksi dan pengelolaan ekspektasi masyarakat yang perlu ditingkatkan di daerah.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News