Media Asuransi, JAKARTA – Tekanan besar dari eksternal membuat rupiah melemah di tahun ini, meski tidak seburuk mata uang Asia lainnya. Sepanjang 2022, pelemahan rupiah tercatat sekitar 4% dan berada di kisaran Rp 14.895/US$.
Di tahun depan depan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan rupiah pada 2023 akan melemah dibandingkan dengan posisi tahun ini, seiring dengan masih tingginya ketidakpastian dari perekonomian global.
Baca juga: Luhut Binsar Pandjaitan Targetkan Indonesia Pakai Energi Ini di 2030
Tahun ini, kurs diperkirakan pada level Rp 14.500 – 14.900/US$. Sementara 2023, kurs Rp 14.800 – 15.200/US$.
“Proyeksi rupiah Rp 14.800 – 15.200 per dolar AS,” ungkap Perry dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Selasa (30/8/2022).
Namun, dengan kondisi perekonomian saat ini bukan tidak mungkin rupiah bisa lebih lemah lagi. Tekanan paling besar tentunya datang dari Amerika Serikat, di mana bank sentralnya (The Fed) sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.
Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan komitmennya untuk membawa inflasi turun ke 2% dengan terus menaikkan suku bunga, meski perekonomian mengalami resesi taruhannya.
Baca juga: Luhut Binsar Pandjaitan Targetkan Indonesia Pakai Energi Ini di 2030
“Menurunkan inflasi perlu periode pertumbuhan ekonomi di bawah tren yang berkelanjutan. Dengan suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah akan membawa inflasi turun. Itu adalah harga yang harus kita bayarkan untuk mengurangi inflasi. Tetapi, kegagalan untuk memulihkan stabilitas harga akan menimbulkan penderitaan yang lebih besar,” kata Powell dalam acara simposium Jackson Hole, Jumat (26/8/2022).
Sementara itu, Presiden The Fed wilayah Cleveland, Loretta Mester pada hari Rabu mengatakan ia melihat suku bunga bisa naik ke atas 4% di awal tahun depan.
Suku bunga The Fed saat ini di 2,25% – 2,5%, dengan 3 kali rapat kebijakan moneter di tahun ini, kemungkinan kenaikan 75 basis poin di bulan ini sangat mungkin terjadi.
“Pandangan saya saat ini, diperlukan suku bunga naik di atas 4% awal tahun depan dan bertahan di level tersebut. Saya juga tidak melihat The Fed akan memangkas suku bunga pada tahun depan,” kata Mester sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (31/8/2022).
Dengan kenaikan tersebut, Mester melihat pertumbuhan ekonomi akan turun, jauh di bawah 2%, sementara tingkat pengangguran akan mengalami kenaikan. Inflasi di tahun ini diperkirakan sebesar 5% – 6% dan mendekati target The Fed 2% dalam beberapa tahun ke depan.
Pasar finansial juga diperkirakan akan tetap volatil. Hal tersebut tentunya lebih menguntungkan bagi dolar AS yang menyandang status safe haven. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News