1
1

Investor Disarankan Waspadai Potensi Kenaikan Inflasi pada Semester II/2022

Ilustrasi Inflasi | Foto: Doc

Media Asuransi, JAKARTA – Sepanjang pekan lalu kinerja IHSG kembali tercatat positif sebesar 2,23% yang didorong oleh kenaikan harga komoditas global dan sentimen positif dari dalam negeri. Meski demikian, investor diminta untuk mewaspadai potensi kenaikan inflasi pada semester II/2022.

Tim Riset Infovesta Utama menilai sentimen positif pengungkit kinerja IHSG datang dari China, di antaranya adanya pelonggaran pembatasan mobilitas di China sehingga menimbulkan optimisme terhadap market secara global.

“Selain itu, kenaikan harga komoditas masih terus berlanjut akibat konflik Rusia-Ukraina yang masih belum kunjung usai. Ditambah lagi dengan krisis energi yang terjadi di India mengakibatkan harga komoditas batubara kembali meningkat,” tulis Tim Riset Infovesta melalui Weekly Mutual Funds Update.

|Baca juga: BPS: Inflasi April 2022 Capai 0,95 Persen

Adapun faktor lain dari dalam negeri adalah tingkat inflasi Indonesia yang masih terkendali. Pada periode Mei 2022, inflasi Indonesia tercatat sebesar 0,40% (MoM). Faktor pendorong lainnya adalah perbaikan kinerja emiten selama periode kuartal I/2022 sehingga pembagian dividen tahun ini lebih menarik.

Namun yang perlu diperhatikan adalah tekanan inflasi diperkirakan cenderung meningkat pada semester II/2022 akibat adanya demand-pull inflation di tengah percepatan pemulihan ekonomi, mobilitas masyarakat yang meningkat seiring dengan pelonggaran PPKM dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas.

“Meskipun begitu, kami memperkirakan para pelaku pasar akan mewaspadai tindakan The Fed yang hawkish, yakni ada rencana kenaikan suku bunga 50 bps akibat resesi dan ancaman inflasi di berbagai negara.”

Sehingga dengan kondisi market yang fluktuatif, investor dapat mengambil posisi ketika ada tekanan menyusul rencana kenaikan suku bunga The Fed. Infovesta melihat prospek kinerja reksa dana saham berpotensi menguat pada minggu ini tetapi investor disarankan untuk lebih berhati-hati terhadap isu dan sentimen di pasar.

|Baca juga: Ekspektasi Tekanan Inflasi Berpotensi Angkat Harga Emas  

Sentimen domestik yang membaik dan tekanan global yang saat ini dinilai mulai mereda, di saat bersamaan juga memberikan respons positif terhadap pasar obligasi. Tercatat tingkat imbal hasil SUN tenor 10 tahun di range level 7,1%-7,3% setelah sebelumnya mencapai level tertinggi di level 7,52%.

Namun, kondisi saat ini membuat investor asing masih berhati-hati masuk pasar obligasi di tengah rencana kenaikan suku bunga The Fed. Oleh karena itu, investor yang ingin berinvestasi pada pasar obligasi sebaiknya memilih investasi reksa dana pendapatan tetap dengan portofolio SBN yang memberikan imbal hasil yang sesuai dengan target jangka panjang investor.

Untuk investor yang mencari alternatif investasi lainnya, dapat mempertimbangkan SBR sebagai kendaraan investasi. SBR adalah Saving Bond Ritel dengan keunggulan bunganya floating dengan floor di level sekarang. Sehingga jika suku bunga naik, investor dapat ikut menikmati kenaikan tersebut dari kupon SBR.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post 4 Saham Pilihan Menu Trading Hari Ini 9 Juni 2022
Next Post IHSG Kembali Bergerak Upward, 5 Saham Ini Layak Dicermati

Member Login

or