Media Asuransi, JAKARTA – Kejelasan arah kebijakan suku bunga AS ke depan diperkirakan akan memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan BI mengenai arah kebijakan moneternya.
Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Tracker – Global market updates: Hawkish hold by the Fed, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan sesuai ekspektasi, The Fed memutuskan dengan suara bulat untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya pada kisaran 5,0%-5,25%. Hal ini memberi ruang kepada The Fed untuk mengevaluasi lag impact dari kenaikan 500 bps yang dilakukan sepanjang Maret 2022 dan Mei 2023.
|Baca juga: Bank Indonesia Diperkirakan Bakal Lakukan Pelonggaran Moneter
“Namun demikian, The Fed terlihat lebih hawkish daripada yang diperkirakan, membuka peluang untuk dua kali lagi kenaikan FFR sebanyak 25 bps sampai akhir tahun 2023, seperti yang ditunjukkan oleh “dot plot”.”
Imbal hasil UST tenor 10 tahun kemarin turun 2,7 bps menjadi 3,79%, sedangkan imbal hasil untuk UST tenor 2 tahun naik tipis 2,0 basis poin menjadi 5,22%. Menariknya, ekspektasi pasar terhadap pergerakan FFR ke depan menunjukkan kenaikan sebesar 25 bps di bulan Juli, dan akan tetap dipertahankan pada kisaran 5,25%-5,50% sampai dengan akhir tahun. “Namun demikian, perbedaan perspektif antara pasar dan The Fed telah menciptakan ketidakpastian dan potensi volatilitas ke depan.”
Potensi volatilitas ke depan, jelas Rully, memiliki implikasi kepada keputusan kebijakan moneter BI. Kejelasan arah kebijakan suku bunga AS ke depan memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan BI mengenai arah kebijakan moneternya.
“Meskipun BI berkeinginan melonggarkan kebijakan moneter karena potensi perlambatan domestik, sinyal dari The Fed mengenai dua kenaikan lagi di masa depan menimbulkan risiko.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News