Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – August’s inflation update: Lower-than-expected inflation, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan inflasi Indonesia melambat menjadi 4,69% YoY di bulan Agustus (vs. konsensus yang sebesar 4,90% YoY). Inflasi Agustus juga lebih rendah dari ekspektasi kami yang sebesar 4,85%.
“Secara bulanan, IHK Indonesia mencatat deflasi di bulan Agustus sebesar 0,21% MoM (vs. konsensus deflasi 0,05%). Hal ini merupakan deflasi bulanan terdalam sejak September 2019.”
|Baca juga: Alternatif Harga Kenaikan BBM, Jokowi Pilih yang Mana?
Rully menjelaskan inflasi harga yang diatur pemerintah terus meningkat menjadi 6,84% YoY di bulan Agustus (vs 6,51% YoY di bulan Juli), level tertinggi sejak Desember 2017. Selain itu, inflasi inti juga meningkat pada Juli menjadi 3,04% YoY, sejalan dengan ekspektasi konsensus dan merupakan level tertinggi sejak Desember 2019.
“Kami menilai tren kenaikan inflasi inti tersebut mencerminkan kondisi permintaan domestik yang baik dan berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik,” terang dia.
Lebih lanjut, Rully menilai bahwa kenaikan BI 7-Day Reverse Repo 25bps pada rapat Dewan Gubernur BI berikutnya bulan ini merupakan hal yang tepat untuk dilakukan. Dia memperkirakan rencana pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM bersubsidi (Pertalite dan Solar) akan berdampak besar terhadap inflasi dan ekspektasi inflasi.
Menurut dia, kenaikan harga BBM akan memberikan tekanan kepada administered price serta dampak lanjutan terhadap inflasi inti.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News