1
1

Ketidakpastian Global Berlanjut, BI Berpeluang Kerek Suku Bunga Acuan ke Level 6,25%

Ilustrasi pertumbuha sektor keuangan. | Foto: Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih berpeluang menaikkan suku bunga acuan ke level 6,25% setelah langkah mengejutkan yang diambil BI dengan menaikkan suku bunga acuan ke level 6% pada RDG bulan Oktober 2023.

Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – October’s policy rate decision: The unexpected move by BI, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan di luar ekspektasi, BI menaikkan suku bunga kebijakan, BI7DRR, sebesar 25 bps menjadi 6,0% pada Rapat Dewan Gubernur bulan Oktober.

“Hal ini berbeda dengan ekspektasi konsensus yang sebelumnya memprediksi tetap di tahan pada 5,75%.

|Baca juga: BI 7 Day Reserve Repo Rate Tetap di Angka 6 Persen

Menurut dia, keputusan ini diambil karena meningkatnya tekanan terhadap Rupiah, yang kemarin ditutup pada level Rp15.815 terhadap USD, menandai level terlemahnya sejak Agustus 2020. “Kami menilai langkah yang diambil sangat berbeda dengan sinyal tegas BI pada bulan Januari, yang menyatakan bahwa kenaikan suku bunga sebelumnya sebesar 225 bps dari 3,5% menjadi 5,75% sudah memadai.”

Dengan berlanjutnya ketidakpastian global, jelas dia, keputusan BI akan bergantung pada perkembangan data, khususnya perkembangan data ekonomi AS. Sentimen “higher-for-longer” yang terjadi di AS, memicu penguatan signifikan USD terhadap mata uang global lainnya dan kenaikan imbal hasil UST 10 tahun, dan juga memicu ketidakpastian dalam beberapa waktu ke depan.

Dengan perkembangan tersebut, Rully memperkirakan adanya potensi kenaikan lanjutan BI7DRR sebesar 25 bps menjadi 6,25% sebelum akhir tahun ini, dengan asumsi USD tetap mengalami penguatan dalam jangka menengah.

Terkait rupiah, Rully merevisi proyeksi untuk tahun 2023 menjadi Rp15.525 terhadap USD (sebelumnya kami memprediksi sebesar Rp14.855 terhadap USD), sementara rata-rata tahunan 2023 akan disesuaikan sedikit menjadi Rp15.225 terhadap USD (dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar Rp15.115 terhadap USD).

Sementara itu, Rully melihat adanya risiko kenaikan inflasi dalam beberapa waktu ke depan, terutama inflasi IHK, yang dipicu oleh harga pangan dan BBM yang tinggi akibat ketidakpastian geopolitik. “Mengingat tren tersebut, kami merevisi proyeksi inflasi kami menjadi 2,85% YoY untuk tahun ini (dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar 2,55% YoY).”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Peringkat Bank Panin Dubai Syariah Ditegaskan idAA- Prospek Stabil
Next Post Upbit: Pasar Kripto Akan Tumbuh Positif pada Kuartal IV/2023

Member Login

or