1
1

Kondisi Manufaktur ASEAN pada November 2023 Mulai Menggeliat

Aktifitas di dalam pabrik perakitan kendaraan. | Foto: freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Kondisi manufaktur ASEAN kembali menggeliat pada bulan November setelah dua bulan menurun.

Headline Purchasing Managers’ Index (PMI®) Manufaktur ASEAN dari S&P Global naik ke posisi tertinggi dalam tiga bulan 50,0 pada bulan November, dari 49,6 pada bulan Oktober, menunjukkan bahwa kesehatan sektor manufaktur ASEAN stabil. Data per negara menyoroti tentang kondisi yang membaik di tiga dari tujuh negara ASEAN.

Ekspansi terkuat tercatat untuk produsen barang di Filipina selama dua bulan berjalan. Angka headline mereka mencapai posisi tertinggi dalam sembilan bulan 52,7 menunjukkan pertumbuhan solid. Kondisi manufaktur di Indonesia dan Singapura samasama membaik pada laju tingkat sedang (51,7) pada bulan November. Tingkat pertumbuhan mengalami percepatan pada bulan ini di seluruh Indonesia, sementara perusahaan manufaktur Singapura mencatat perbaikan pertama dalam tiga bulan yang sekaligus menjadi yang paling menonjol sejak bulan Juni.

Sementara itu, Myanmar mencatat penurunan lebih cepat pada kondisi bisnis manufaktur pada bulan November, meski merupakan salah satu dari semua penurunan tingkat sedang secara keseluruhan (PMI di angka 48,1).

Sektor manufaktur Malaysia masih terus menurun selama 15 bulan berjalan. Meski indeks headline meningkat ke posisi tertinggi dalam tujuh bulan di angka 47,9, namun angka tersebut menunjukkan penurunan solid pada kondisi secara keseluruhan. Angka headline Thailand (47,6) naik tipis pada bulan November, namun menggambarkan penurunan pada kondisi pengoperasian selama empat bulan berturut-turut.

|Baca juga: Sektor Manufaktur ASEAN Berbalik Alami Penurunan pada September 2023

Terakhir, penurunan di seluruh sektor manufaktur Vietnam semakin cepat, indeks headline melemah hingga ke posisi terendah dalam lima bulan yaitu di titik 47,3 pada bulan November.

Secara keseluruhan, kondisi pengoperasian di seluruh sektor manufaktur ASEAN tidak berubah pada bulan November, sehingga mengakhiri periode dua bulan kontraksi. Kenaikan angka headline PMI ASEAN sebagian besar berasal dari ekspansi yang lebih kuat pada output manufaktur pada bulan November.

Produsen barang di seluruh ASEAN kini telah menaikkan volume produksi setiap bulannya sejak bulan Oktober 2021, dengan ekspansi terkini merupakan yang paling kuat dalam tiga bulan. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan output perusahaan sebagian besar didukung oleh pemenuhan pesanan yang belum terselesaikan yang menumpuk pada semester pertama tahun 2023. Namun demikian, kondisi permintaan terus melemah di seluruh wilayah.

Total pesanan perusahaan sedikit turun selama tiga bulan berjalan, sedangkan bisnis baru dari luar negeri kembali mengalami kontraksi, meski pada kisaran yang lebih lambat dibandingkan pada bulan Oktober. Kondisi permintaan yang lesu berarti bahwa perusahaan manufaktur ASEAN menjaga aktivitas pembelian mereka secara umum tidak berubah pada bulan November. Akan tetapi, perusahaan mengandalkan persediaan input untuk mendukung kenaikan berkelanjutan pada produksi. Inventaris pra produksi menurun selama tiga bulan berturut-turut, meski pada laju yang lebih lemah.

Sementara itu, stok barang jadi mengalami kontraksi pada laju paling kuat pada periode tujuh bulan penurunan saat ini. Kinerja vendor memburuk untuk pertama kali dalam sepuluh bulan pada bulan November. Namun demikian, rata-rata waktu pengiriman mengalami perpanjangan pada laju marginal yang tergolong lemah dari segi data historis.

Penurunan permintaan baru berarti bahwa perusahaan manufaktur mampu menyelesaikan tingkat pekerjaan di tangan (namun belum terselesaikan). Bisnis yang belum terselesaikan kini telah menurun selama lima bulan berturut-turut, sehingga menunjukkan bahwa tekanan pada kapasitas pengoperasian berkurang. Akan tetapi, perusahaan berupaya menjaga jumlah tenaga kerja yang ada saat ini. Akibatnya, tingkat penyusunan staf tidak berubah pada bulan November, setelah dua bulan berturut-turut turun pada tingkat marginal.

|Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia Menguat pada November 2023

Tekanan harga naik pada bulan November, dengan beban biaya naik pada laju tercepat sejak bulan April dan tajam secara keseluruhan. Sementara itu, perusahaan menaikkan biaya output pada tingkat sedang. Akan tetapi, di kedua kasus, tingkat inflasi masih lesu secara historis.

Terakhir, kepercayaan diri pada bisnis membaik pada bulan November, dengan perusahaan secara umum berharap bahwa output akan naik dalam 12 bulan mendatang. Namun demikian, kondisi permintaan yang lesu berarti bahwa sentimen masih tergolong lemah dibandingkan rata-rata jangka panjang.

Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom S&P Global Market Intelligence mengatakan pada 2 bulan terakhir pada tahun 2023 menunjukkan bahwa tren permintaan barang produksi ASEAN saat ini terus melemah, karena permintaan baru turun selama tiga bulan berjalan.

Akan tetapi, sambung dia, akumulasi pekerjaan sebelumnya pada tahun ini mendukung kenaikan lebih jauh pada output di seluruh perusahaan manufaktur ASEAN. Sementara itu, stok terus menurun, sebagian untuk mendukung volume produksi.

“Jika permintaan dari pelanggan terus berkurang, maka akan merugikan kinerja sektor manufaktur ASEAN pada bulan-bulan mendatang. Lebih lanjut, kepercayaan diri dalam bisnis terkait tahun mendatang secara historis di seluruh wilayah masih tidak berubah. Dari segi positif, tekanan harga masih relatif rendah. Hal ini dapat mendukung pertumbuhan pada bulan-bulan mendatang.”

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Antam Bukukan Laba Rp2,85 Triliun pada 9 Bulan 2023
Next Post OCBC Indonesia Tanam 5 Ribu Pohon Mangrove

Member Login

or