Media Asuransi, JAKARTA – Ketegangan geopolitik antara negara tirai bambu China dan Amerika Serikat terus meradang, hal ini tentu memiliki dampak terhadap ekonomi global terutama pada sektor perdagangan dunia. Karena pasar China akan sulit memasuki pasar Amerika, sehingga ini menjadi kesempatan Asia Tenggara termasuk Indonesia untuk menerobos pasar negara Paman Sam tersebut.
“Geopolitik China dan AS sebabkan China tidak mudah masuk ke pasar Amerika Serikat, sehingga beberapa investor sudah mulai melakukan diversifikasi dari risikonya dengan merelokasi investasi dari China ke luar China untuk bisa memasuki pasar Amerika Serikat. Dalam konteks ini Indonesia memiliki kesempatan untuk menyerok para investor dan bisa memasuki pasar AS,” jelas Ekonom Senior dan Co-Founder Creco Research Institute, Chatib Basri, di Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu, 22 November 2023.
Perang di Ukraina dan Rusia telah mengubah harga energi dan komoditas yang mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini mengingatkan pula pada kondisi yang terjadi antara Hamas dan Israel, karena juga memungkinkan akan mempengaruhi terhadap kenaikan harga minyak.”Jika situasi ini terus menerus terjadi, akan berpengaruh terhadap kenaikan harga minyak. Hal ini lah yang sekiranya kita perlu melihat antisipasinya,” ujar Chatib.
|Baca juga: Hadapi Ketidakpastian Global, Perlu Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Pada saat yang sama, selain ketegangan geopolitik antarnegara, kondisi inflasi di AS dan negara Eropa lainnya membuat bank sentral seperti Federal Reserve dan European Central Bank (ECB) memutuskan untuk mengerek ineterest rate. Chatib memprediksikan tren tersebut akan bertahan cukup lama.
Dia mengatakan, meskipun terlihat perkembangan The Fed mulai memutuskan kebijakan kenaikan bunga, tetapi hal tersebut belum dapat dipastikan bahwa pada bulan November ini The Fed akan memutuskan untuk mempertahankan tingkat bunga atau kembali menaikkan di 25 basis points.
“Memang sudah ada tanda-tanda, kelihatannya The Fed itu pause, menghentikan sementara kenaikan bunganya. Dan ini akan berdampak kepada ekonomi. Karena bukan tidak mungkin inflasi yg tinggi akan bertahan cukup lama bersama kita, dan itulah yg disebut sebagai higher for longer,” jelas Chatib.
Chatib pun berharap, di awal semester II/2024 The Fed mulai menurunkan tingkat bunga, meskipun keputusan tersebut tentu sangat bergantung dengan perkembangan yang terjadi di Amerika.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News