1
1

Meski Surplus, Kondisi Neraca Perdagangan Indonesia Cenderung Melemah

Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan. | Foto: ist
Media Asuransi, JAKARTA – Meski masih mencatatkan surplus neraca dagang sebesar US$3,9 miliar, kondisi neraca perdagangan Indonesia secara keseluruhan tercatat cenderung melemah.

Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia Macro Update bertajuk Macro Update – International trade update: Weak trade figures in January, ekonom Mirae Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan bahwa ekspor Indonesia pada bulan Januari mengalami kontraksi 6,4% mom (vs. kontraksi 1,1% mom di bulan Desember). Ekspor Indonesia mengalami kontraksi selama 5 bulan berturut-turut, mencapai level terendah sejak Mei tahun lalu di level US$22,3 miliar.

|Baca juga: BI: Surplus Neraca Perdagangan Jaga Ketahanan Eksternal

Ekspor nonmigas mencapai US$20,8 miliar, atau terkontraksi 6,8% mom. Sedangkan untuk ekspor minyak dan gas, tercatat sebesar US$1,5 miliar di bulan Januari, tumbuh 0,8% mom. Berdasarkan komoditas, 3 komoditas unggulan ekspor Indonesia yaitu bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani atau nabati, serta besi dan baja mengalami kontraksi secara bulanan.

Di sisi lain, impor juga melemah, terkontraksi sebesar 7,2% mom (vs ekspansi 4,8% mom di bulan Desember) menjadi US$18,4 miliar. Hal ini mengindikasikan melambatnya ekonomi domestik. Impor untuk semua kategori barang, yang mencakup barang konsumsi, barang mentah, dan barang modal mengalami penurunan.

“Namun demikian kami memperkirakan impor akan meningkat di bulan-bulan mendatang, disebabkan oleh perbaikan konsumsi rumah tangga serta impor barang modal dan setengah jadi yang lebih tinggi untuk memenuhi permintaan yang lebih tinggi dari kenaikan realisasi investasi di dalam negeri,” katanya.

Meskipun menurun, Rully menerangkan neraca perdagangan bulanan mencatat surplus US$3,9 miliar yang lebih besar dari perkiraan di bulan Januari (vs. konsensus US$3,3 miliar). “Kami menilai neraca perdagangan Januari masih cukup baik di tengah ancaman resesi global,” tuturnya.

Namun demikian, Rully menilai secara keseluruhan angka perdagangan internasional Indonesia cenderung lemah, menunjukkan kondisi ekonomi global dan domestik yang melambat. “Berdasarkan tren angka perdagangan internasional terkini, kami perkirakan surplus neraca perdagangan akan kembali normal, turun dibandingkan rekor surplus tahun lalu,” jelasnya.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pendapatan per Kapita US$5.000, Penetrasi Asuransi Melonjak 3 Kali Lipat
Next Post BI Pertahankan BI7DRR) Sebesar 5,75 Persen

Member Login

or