1
1

Meski Tidak Merata, Ekonomi Asia Tenggara Diperkirakan Tumbuh 5,8% di 2022

Media Asuransi, JAKARTA – Meski terjadi gangguan rantai pasok, kebijakan karantina wilayah China, serta perang Rusia-Ukraina yang berpengaruh pada inflasi dan harga komoditas, ekonomi Asia Tenggara diperkirakan tumbuh sekitar 5.8%.  PDB Indonesia di tahun ini diperkirakan akan kembali normal seperti sebelum pandemi, sebesar 5,7%, meningkat dibandingkan periode tahun lalu yang sebesar 3,7%. Para ahli mengungkapkan pada ICAEW Economic Insight Forum Q2, bahwa wilayah Asia Tenggara diperkirakan akan melihat pertumbuhan ekonomi sebesar sekitar 5,8% .

Dalam siaran pers yang diterima Media Asuransi, Selasa, 22 Juni 2022, menyebutkan bahwa pasca didera pandemi Covid-19, wilayah Asia Tenggara kini mulai melihat pemulihan ekonomi, meski tidak berlangsung secara merata. Ditambah lagi, saat ini terdapat berbagai tantangan eksternal dari luar kawasan yang kian meningkat.

Forum tersebut membahas bahwa meskipun pemulihan ekonomi pasca Covid-19 di wilayah Asia Tenggara tidak merata dengan hadirnya varian Delta, sebagian besar negara-negara seperti Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam mulai melihat kembalinya tingkat PDB dengan level yang setara sebelum terjadinya pandemi, kecuali Thailand, yang pertumbuhannya masih 2% di bawah tingkat pra-pandemi, karena industri pariwisatanya masih terus berjuang dengan pembatasan perjalanan dan mobilitas.

|Baca juga: OJK dan Bappenas Bersinergi Dukung Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional

Hambatan-hambatan eksternal seperti gangguan rantai pasok, lemahnya permintaan dari China (dengan adanya aturan karantina wilayah), serta dampak dari berlangsungnya perang Rusia-Ukraina turut mempengaruhi tingkat inflasi dan harga komoditas di Asia Tenggara. Meskipun demikian para ahli dalam forum ICAEW Economic Insight cukup optimistis, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara sebesar sekitar 5,8% atau naik 3,7% dari tahun lalu. Hal ini diprediksi dapat terjadi karena dorongan di sektor pariwisata ekonomi dari pembukaan perbatasan serta pelonggaran peraturan perjalanan.

Managing Director International ICAEW, Mark Billington, mengatakan dalam pembukaan ICAEW Economic Insight Forum Q2, meskipun dampak langsung dari perang Rusia-Ukraina di Asia Tenggara terbatas, wilayah ini tetap terkena imbas melalui inflasi dan respons kebijakan moneter tingkat global. Kebijakan Nol Covid China juga telah memicu efek domino yang berdampak negatif pada sektor manufaktur, industri, dan pariwisata di wilayah tersebut. Tanpa diragukan, faktor eksternal ini akan cukup meredam tetapi tidak akan sampai menghentikan laju pertumbuhan ekonomi, karena kami berharap pemulihan di sektor jasa akan terlihat bersamaa dengan adaptasi pola hidup yang menyesuaikan situasi Covid.

Sementara itu, forum juga mengungkapkan bahwa Indonesia diperkirakan mengalami pertumbuhan PDB di tahun 2022 sebesar 5,7%, meningkat dibandingkan periode tahun lalu sebesar 3,7%. Jumlah ini selaras dengan angka pertumbuhan PDB yang dialami oleh wilayah Asia Tenggara secara keseluruhan. Peningkatan ini menjadi indikator yang menunjukkan kemampuan perekonomian Indonesia untuk kembali bangkit pasca pandemi, dimana kini telah bertransisi menuju masa endemi.

|Baca juga: Menko Perekonomian: Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut, Resiliensi Sektor Eksternal Semakin Terjaga

Pertumbuhan yang perlahan membaik ini didukung oleh sektor ritel dan layanan akomodasi di Indonesia yang telah mencapai titik puncak pemulihan positif pada Mei 2022 dengan pelonggaran kebijakan-kebijakan pembatasan. Menurut forum tersebut, pemulihan perekonomian Indonesia pada sektor ritel dan layanan akomodasi juga dinilai cukup dinamis sejak memasuki kuartal IV/2021 hingga saat ini. Permintaan akan jumlah pemasaran pada sektor ritel Indonesia juga dinilai cukup unggul dan mulai stabil di tahun 2022 dibandingkan wilayah Asia Tenggara lainnya.

Meski terdapat hambatan dalam pemulihan perekonomian seperti gangguan pada rantai pasok dan lemahnya permintaan dari China karena aturan karantina wilayah, Indonesia tetap berhasil mempertahankan nilai ekspor ke wilayah China secara stabil. Hal ini membantu Indonesia untuk dapat memulihkan perekonomian dengan tetap berjalannya kegiatan ekspor dari produk dalam negeri. Dibukanya perbatasan dan pelonggaran pembatasan perjalanan juga memberikan peluang besar bagi ekonomi pariwisata Indonesia untuk dapat kembali bangkit.

Terjadinya peningkatan yang signifikan ini dapat dilihat dari besarnya persentase perekonomian pariwisata Indonesia yang diprediksi akan mencapai 35% pada tahun 2022. Peningkatan ini dinilai cukup baik dalam proses pemulihan wilayah jika dibanding dengan data perekonomian pariwisata Indonesia tahun 2021 yang berada di titik persentase sebesar 10%. 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bill Gates Sebut Investor Kripto dan NFT Orang Paling Bodoh, Ini Alasannya
Next Post Satu Lagi Startup Dunia Tumbang, CEO Dipecat dan Perusahaan Bangkrut

Member Login

or