Media Asuransi, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menilai perkembangan ekonomi global terkini menunjukkan sinyal positif, terutama dari kesepakatan sementara antara Amerika Serikat (AS) dan China untuk menunda penerapan tarif impor selama 90 hari.
Meski demikian, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan kesepakatan tersebut bersifat sementara sehingga kewaspadaan tetap diperlukan, khususnya demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah dinamika eksternal.
|Baca juga: Tok! BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 5,50%
“Kesepakatan 90 hari antara Amerika Serikat dan China tentu saja adalah indikator yang positif. Yang sebelumnya saling meningkatkan tarif, sekarang mulai melakukan perundingan dan terlihat ada kesepakatan penurunan tarif,” ujar Perry, dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu, 21 Mei 2025.
Ia menambahkan kondisi eksternal sedikit mereda dengan inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan dan ekspektasi penurunan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak dua kali pada tahun ini, masing-masing diperkirakan terjadi pada September dan Desember 2025.
“Karena proyeksi inflasi Amerika Serikat menurun, kami memperkirakan FFR akan turun dua kali,” ujarnya.
|Baca juga: Aplikator Potong Komisi Ojol, Ketua DPR: Kita Cari Win-win Solution yang Terbaik!
|Baca juga: Bos OJK Blak-blakan tentang Merger Adira Finance dan Mandala Finance
Dampak dari ekspektasi tersebut turut mendorong arus modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini membantu meredakan tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang sempat meningkat akibat penguatan dolar AS.
BI, lanjut Perry, terus melakukan langkah stabilisasi nilai tukar, termasuk melalui intervensi di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) di luar negeri. “Kita melakukan intervensi NDF di luar negeri seperti Hong Kong, Eropa, dan Amerika selama 24 jam terus-menerus untuk menjaga stabilitas,” ujarnya.
|Baca juga: Bank Mega Syariah Perkuat Sistem Deteksi Dini Cegah Rekening Dormant
|Baca juga: Aset Tugu Naik Jadi Rp30,1 Triliun hingga Maret 2025 di Tengah Transisi PSAK 117
Kendati demikian, Perry mengingatkan ketidakpastian global masih tinggi karena kesepakatan AS-China hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, BI tidak akan ragu melakukan langkah-langkah lanjutan untuk memastikan stabilitas rupiah.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News