“Tentu saja kita dan masyarakat jangan over reaktif kemudian meng-hold spending (menahan pengeluaran), kita tidak mau lagi belanja, kita tidak mau lagi berkonsumsi. Nah ini bisa membahayakan perekonomian,” jelasnya.
|Baca juga: Awas! Meski Ekonomi Tumbuh, Tingkat Konsumsi Masyarakat Melambat
Menurut Dian, jika masyarakat terlalu khawatir dalam menanggapi ancaman tersebut, itu hanya akan menyebabkan perekonomian tidak bergerak dan membuktikan bahwa Indonesia memang terdampak oleh krisis tersebut. “Ini mengakibatkan bahwa krisis betul-betul akan datang kepada kita,” ujarnya.
Dian menegaskan ulang bahwa melihat rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan ekonomi RI di kuartal III/2022 yang sebesar 5,7 persen, pencapaian ini merupakan catatan positif di tengah krisis yang menerpa berbagai negara di belahan dunia.
“Apa ini maknanya? kalau kita lihat data kredit yang sepanjang tahun ini bahwa data kredit sudah mencapai pertumbuhan di atas 11 persen. Ini saya kira momentum yang sangat baik buat kita untuk membangun kepercayaan diri,” ujar Dian dalam peluncuran aplikasi permohonan Informasi Debitur Sistem Layanan Informasi Keuangan (iDebKu), Selasa, 8 November 2022.
Lebih lanjut dia jelaskan, OJK akan mencoba melakukan berbagai perbaikan di beberapa sektor, seperti perbankan yang akan dilakukan perbaikan pelayanan di bidang kredit. “Itu ya… macam-macam termasuk juga masalah credit rating terkait masalah penilaian terhadap debitur dan macam-macam sekarang yang kita perlukan. Tetapi intinya bahwa memang sektor perbankan dan sektor lembaga keuangan adalah ibaratnya membantu memberikan bensin pertumbuhan ekonomi,” ujar Dian.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News