Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah menegaskan bahwa arah pemulihan ekonomi Indonesia semakin kuat dan akan terus terjaga seiring dengan tren ekspansi yang dicatatkan oleh sektor manufaktur.
Sektor manufaktur yang merupakan salah satu kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar nasional kembali menunjukkan arah pemulihan yang semakin kuat. Hal ini tercermin dari Purchasing Managers’ Index yang mencapai 53,7 naik dari Desember 2021 yang mencapai 53,5. Dengan peningkatan tersebut, sektor manufaktur Indonesia mengalami perbaikan selama lima bulan berturut-turut.
“Ini merupakan awalan yang baik di tahun 2022. Perkembangan industri yang ekspansif ini akan terus kami jaga dengan konsistensi dalam penanganan pandemi termasuk mitigasi varian Omicron dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sehingga pemulihan bisa terus berlanjut sesuai dengan arah yang kami proyeksikan di tahun ini,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.
Dia menjelaskan, kinerja pengendalian pandemi di Indonesia akan terus dijaga sehingga mendukung kepercayaan masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi. Sejak merebaknya varian Omicron di Indonesia pada 15 Desember 2021, kasus harian Indonesia masih relatif terkendali dibandingkan dengan negara lain.
“Untuk menjaga kinerja pemulihan ekonomi, kewaspadaan akan terus dijaga. Selain itu, pemerintah siap melakukan langkah-langkah untuk menjaga penanganan pandemi demi keselamatan masyarakat. Pemerintah juga akan terus mempercepat penyaluran program PEN di mana tahun 2022 dialokasikan sekitar Rp455,62 triliun untuk penanganan kesehatan termasuk melanjutkan vaksinasi, perlindungan masyarakat, dan penguatan pemulihan ekonomi,” lanjut Febrio.
Tahun 2021, ungkap Febrio, realisasi sementara PEN mencapai 88,4% atau Rp658,6 triliun secara efektif membantu penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.
|Baca juga: Sri Mulyani: Pemerintah, BI, OJK, dan LPS Bersinergi Jaga Momentum Pemulihan Ekonomi
Seiring dengan relatif terkendalinya pandemi, Sektor manufaktur Indonesia yang melanjutkan kondisi ekspansi ini ditopang oleh kuatnya kinerja ekspor dan membaiknya permintaan domestik. Pertumbuhan output didorong oleh peningkatan permintaan dan kondisi produksi yang lebih baik, termasuk dimulainya kembali produksi untuk beberapa sektor yang sebelumnya menghadapi gangguan.
Sementara itu, kuatnya permintaan ekspor yang tercermin pada indeks permintaan ekspor Indonesia mencatatkan rekor tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Selain itu, permintaan dalam negeri juga terus mengalami pemulihan. Kapasitas produksi meningkat didorong oleh menguatnya permintaan, telah memberikan dampak positif kepada tingkat penyerapan tenaga kerja.
Aktivitas pembelian stok pasokan tercatat mengalami peningkatan selama lima bulan berturut-turut seiring dengan peningkatan permintaan. Hal ini juga didukung dengan perbaikan waktu pengiriman (delivery time) oleh pemasok yang pertama kalinya kembali ke level di atas 50 sejak pandemi. Perbaikan kondisi logistik dalam negeri menjadi salah satu faktor penting dalam mendorong kelancaran produksi sektor manufaktur nasional.
Kenaikan indeks harga input mulai melambat dibandingkan bulan Desember 2021. Meskipun demikian, indeks harga input masih relatif tinggi, khususnya bahan baku dan transportasi. Harga pasokan yang masih relatif cukup tinggi ini berpotensi menahan sektor manufaktur untuk dapat berekspansi lebih jauh lagi di masa yang akan datang.
Inflasi
Sementara itu, laju inflasi Januari 2022 tercatat 2,18% (yoy), meningkat dari angka Desember 2021 sebesar 1,87% (yoy). Kenaikan inflasi tersebut seiring dengan menguatnya aktivitas konsumsi masyarakat. Selain itu, kenaikan harga komoditas dan beberapa harga pangan karena faktor cuaca basah berkontribusi pada inflasi tersebut. “Pemerintah senantiasa menjaga harga-harga energi domestik seperti BBM pada harga yang tetap meski terjadi kenaikan harga komoditas. Hal ini ditujukan agar daya beli masyarakat terhadap kebutuhan energi pokok tetap terjaga,” sambung Febrio.
|Baca juga: Inflasi Januari 2022 Sebesar 0,56 Persen
Inflasi inti terus melanjutkan tren peningkatan, mencapai kisaran 1,84% (yoy), naik dari angka Desember 2021 (1,56%, yoy). Membaiknya sisi permintaan seiring naiknya mobilitas masyarakat telah mendorong peningkatan inflasi inti di tengah risiko tekanan inflasi impor (imported inflation) sebagai dampak masih tingginya harga komoditas.
Selanjutnya, inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) meningkat mencapai 3,35% (yoy), naik dari angka Desember 2021 sebesar 3,20% (yoy). Meningkatnya permintaan seiring dengan membaiknya kondisi pandemi, baik oleh konsumen rumah tangga maupun sektor akomodasi dan restoran telah mendorong kenaikan harga. Kenaikan harga minyak goreng mulai terkendali dengan intervensi pemerintah dan harga patokan yang ditetapkan. Kebijakan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) oleh Kementerian Perdagangan juga diharapkan efektif dalam mengendalikan harga di minyak goreng di pasar.
“Pemerintah terus berkomitmen untuk menjaga momentum pemulihan konsumsi masyarakat dengan masih memberlakukan kebijakan akomodatif pada harga energi domestik ke depan. Selain itu secara umum, untuk menjaga stabilitas harga di tingkat nasional, pemerintah pusat dan daerah selalu berkoordinasi dengan Bank Indonesia serta otoritas terkait untuk menciptakan bauran kebijakan yang tepat,” tutup Febrio.
Terkait dengan masyarakat miskin dan rentan, pemerintah tetap memberikan bantuan untuk menjaga daya beli kelompok tersebut dengan mengalokasikan anggaran perlindungan sosial yang tetap tinggi di tahun 2022 sebesar Rp431,5 triliun.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News