Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah pergerakan ekonomi dan pasar properti yang semakin dinamis, kemampuan untuk membaca arah tren menjadi kunci untuk mengambil keputusan cerdas, baik untuk membeli rumah pertama, berinvestasi, maupun mengembangkan bisnis.
Dalam media talk show bertajuk ‘Tren Properti Pendukung Gaya Hidup Urban: Koperasi Flat & Active Lifestyle‘, Pinhome merilis temuan terbaru dari Pinhome Indonesia Residential Market Report Semester I/2025 yang mengungkap preferensi konsumen, dinamika suplai dan permintaan hunian, serta peluang yang terbuka di area komersial.
|Baca juga: Ketua Komisi XI Beberkan Sejumlah Usulan untuk Sukseskan Program 3 Juta Rumah, Apa Saja?
|Baca juga: Nilai Tukar Rupiah di Fase Konsolidasi, Ekonom DBS: Mencerminkan Stabilisasi Pasar
Talk show tersebut menghadirkan CEO & Founder Pinhome Dayu Dara Permata, Pendiri Rujak Center for Urban Studies and Jakarta Arts Council Marco Kusumawijaya, dan Head of Mortgage Permata Bank Dewi Damajanti Widjaja sebagai pembicara.
Laporan terbaru dari Pinhome menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam penyediaan hunian premium ke kawasan penyangga Ibu Kota seperti BSD, PIK, dan Sentul. Tercatat, inventori rumah menengah atas (Rp1,5-3 miliar) mengalami pertumbuhan sebesar 34 persen, sementara rumah mewah (di atas Rp3 miliar) tumbuh 17 persen secara tahunan.
Dari sisi permintaan, lonjakan signifikan terjadi di kawasan industri seperti Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang. Permintaan hunian premium di wilayah ini didorong oleh meningkatnya daya beli para ekspatriat yang mencari hunian dengan kualitas premium di dekat tempat kerja.
Hal ini juga sejalan dengan berkembangnya industri manufaktur dan otomotif yang rata-rata berpusat di area tersebut. Selain sektor hunian, Pinhome juga mencatat adanya peningkatan inventori lahan komersial di sejumlah daerah di Indonesia, seperti peningkatan 24 persen di Jabodetabek dan 42 persen di Bali Raya.
CEO & Founder Pinhome Dayu Dara Permata menyebutkan Pinhome melihat adanya peningkatan inventori lahan komersial yang turut didorong oleh tren gaya hidup baru seperti olahraga padel. Fenomena ini mendorong konversi sejumlah lahan menjadi padel court dan fasilitas sport lifestyle lainnya.
|Baca juga: Fahri Hamzah Sebut Kemenkeu Beri Dukungan Penuh untuk Program 3 Juta Rumah
|Baca juga: Dukung Asta Cita, Bos BI Buktikan dengan Pangkas BI Rate hingga Perkuat Rupiah
“(Kondisi itu) membuka peluang bisnis baru di sektor properti komersial,” ujar Dayu, dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin, 25 Agustus 2025.
Selain Jabodetabek dan Bali yang masih menjadi magnet utama investasi properti, kota-kota seperti Bandung, Surakarta, Yogyakarta, dan Malang mulai dilirik sebagai opsi investasi berikutnya. Pasalnya, tingkat persaingan di kota tersebut saat ini relatif rendah, memberikan peluang bagi investor untuk masuk lebih awal dan memanfaatkan pertumbuhan.
“Selain Jabodetabek dan Bali, kota lain seperti Bandung, Surakarta, Yogyakarta, dan Malang dapat menjadi opsi bagi investor untuk masuk lebih awal, selagi tingkat persaingan belum setinggi di Jabodetabek dan Bali,” pungkas Dara.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News