Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Manufaktur Indonesia alias Purchasing Manager’s Index (PMI) pada bulan Juli tercatat menunjukkan perbaikan paling kuat sejak April yaitu berada pada level 51,3 atau naik dari posisi Juni yang hanya 50,2.
Seperti dikutip dari keterangan resmi S&P Global, kondisi pengoperasian pada seluruh sektor manufaktur Indonesia membaik pada laju yang lebih kuat selama tiga bulan pada bulan Juli. Keseluruhan kenaikan didorong oleh kenaikan yang lebih cepat pada output dan permintaan baru, karena permintaan klien domestik mendorong permintaan.
Akan tetapi, permintaan ekspor baru terus menurun. Sejalan dengan kondisi permintaan yang menguat, perusahaan manufaktur menambah jumlah tenaga kerja mereka pada laju paling tajam dalam periode pengumpulan data lebih dari sebelas tahun.
Perusahaan juga lebih bersemangat berkaitan dengan harapan mereka terhadap output pada tahun mendatang, karena kepercayaan diri mencapai titik tertinggi sejak bulan April. Tekanan inflasi berkurang pada awal kuartal ketiga, dengan biaya input dan biaya output naik pada laju rendah selama lebih dari setahun.
Headline Purchasing Manager’s Index™ (PMI™) Manufaktur Indonesia dari S&P Global yang disesuaikan secara berkala tercatat di titik 51,3 pada bulan Juli, naik dari 50,2 pada bulan Juni, menunjukkan perbaikan paling kuat pada kesehatan sektor manufaktur Indonesia sejak bulan April.
|Baca juga: PMI-BI Kuartal II/2022: Kinerja Industri Pengolahan Meningkat dalam Fase Ekspansi
Permintaan baru pada seluruh sektor produksi barang naik pada tingkat sedang pada bulan Juli, dengan tingkat pertumbuhan mengalami percepatan dari posisi rendah pada bulan Juni baru-baru ini. Perusahaan mencatat bahwa kenaikan pada pekerjaan baru berasal dari permintaan klien yang lebih besar dan perolehan pelanggan baru.
Kondisi permintaan yang lebih kuat secara umum didukung oleh kenaikan pengeluaran domestik, karena pesanan ekspor baru turun selama dua bulan berjalan. Penurunan permintaan dari klien asing tergolong tajam secara keseluruhan dan yang paling cepat sejak bulan Agustus lalu.
Perusahaan manufaktur Indonesia mencatat kenaikan lebih jauh pada output pada awal triwulan ketiga, karena permintaan klien yang lebih besar mendorong tingkat produksi. Laju ekspansi merupakan yang tercepat dalam tiga bulan. Selanjutnya, produsen barang Indonesia menaikkan aktivitas pembelian mereka, dengan ketenagakerjaan naik pada laju tercepat dalam rekor. Perusahaan berusaha menaikkan kapasitas mereka di tengah arus permintaan baru yang lebih besar.
Beberapa panelis juga menyebutkan perekrutan karyawan baru dalam jumlah banyak pada bulan ini. Upaya untuk mengurangi tekanan kapasitas dengan cara meningkatkan jumlah staf secara umum sukses, karena penumpukan pekerjaan secara umum tidak berubah pada bulan Juli. Sementara, beban biaya naik pada laju yang cepat. Kenaikan harga untuk BBM dan bahan baku dilaporkan mendorong inflasi.
|Baca juga: PMI Juni 2022 Turun, Sektor Manufaktur Indonesia Mendekati Stagnan
Namun demikian, tingkat kenaikan berkurang hingga posisi terendah sejak bulan Juni 2021 di tengah indikasi bahwa biaya komponen tertentu telah turun. Biaya output rata-rata juga naik pada laju yang lebih cepat dibandingkan rata-rata jangka panjang, karena perusahaan meneruskan beban biaya yang lebih besar kepada klien.
Sejalan dengan tren harga input, tingkat inflasi biaya turun hingga posisi terendah selama setahun lebih. Pada saat yang sama, perusahaan manufaktur mencatat tingkat optimisme yang lebih kuat terkait perkiraan output 12 bulan mendatang. Harapan yang lebih besar didukung oleh harapan kestabilan harga dan kenaikan pesanan baru.
Meski pembelian input naik pada laju solid yang merupakan yang tercepat sejak bulan Januari, perusahaan mencatat kontraksi baik pada inventaris pra- maupun pascaproduksi pada bulan Juli. Produsen barang menyoroti bahwa penurunan terjadi karena penjualan dari stok yang ada dan pengiriman barang tepat waktu.
Siân Jones, Ekonom Senior di S&P Global Market Intelligence, mengatakan bahwa sektor manufaktur Indonesia kembali meraih momentum pertumbuhan pada bulan Juli, dengan output dan pesanan baru keduanya naik pada laju lebih cepat. Karena kenaikan permintaan klien fokus pada pasar domestik, penjualan asing turun tajam selama hampir satu tahun.
Menurutnya, kenaikan bisnis baru mendorong perusahaan untuk menambah jumlah tenaga kerja mereka, karena kecepatan penciptaan lapangan kerja baru naik tajam dalam rekor.
“Yang menggembirakan untuk produsen adalah bahwa tekanan harga berkurang pada bulan Juli. Beban biaya dan harga jual keduanya naik pada kisaran lebih lambat selama setahun lebih, menghilangkan beberapa kekhawatiran perusahaan. Namun demikian, risiko kenaikan harga masih tetap ada, karena biaya BBM dan bahan baku terus mendorong inflasi.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News