Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia Macro TrackeR bertajuk Macro Tracker – Global market updates: Higher volatility on recession fear, ekonomi Mirae Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengatakan bahwa pada bulan ini, bank sentral di berbagai negara di dunia menaikkan suku bunga kebijakan mereka secara cukup agresif untuk mengatasi lonjakan inflasi.
Rully memperkirakan bahwa pengetatan kebijakan moneter masih akan berlanjut karena saat ini inflasi masih berada jauh di atas target. Kemungkinan terjadinya resesi global meningkat sebagai dampak kenaikan suku bunga, terutama di AS, Inggris, negara-negara Eropa.
|Baca juga: Pergerakan Rupiah Masih Berpotensi Melemah ke Arah Rp15.300
Menurutnya, volatilitas pasar global meningkat dan banyak mata uang, negara maju maupun negara berkembang, menyentuh level terlemahnya terhadap USD dalam beberapa dekade. Indeks USD (DXY) mencapai tertinggi 20 tahun terakhir di 114,87 pada 27 Agustus.
“Kinerja Rupiah masih cukup baik dibandingkan dengan mata uang lainnya. Rupiah ditutup pada Rp15.263 terhadap USD pada 28 Agustus (terdepresiasi 2,8% mtd, atau 7,1% ytd, sementara Ringgit Malaysia dan Baht Thailand ditutup pada MYR4,63 (terdepresiasi 3,4% mtd, atau 11,1% ytd) dan THB38,37 (terdepresiasi 5,2% mtd, atau 14,9% ytd).”
Rully menilai perekonomian Indonesia tetap solid, dengan pertumbuhan PDB pada 2Q22 mencapai 5,4% yoy di 2Q22 dan dia yakin pertumbuhan akan terus meningkat menjadi 5,6% yoy di 3Q22. “Kami memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan mencapai 5,08% tahun ini (vs. 3,69% pada tahun 2021) dan akan terus tumbuh lebih tinggi mencapai 5,3% tahun depan.”
Dia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sangat baik, dengan keseimbangan fiskal dan eksternal yang kuat akan mendukung penguatan Rupiah. “Kami juga menilai kenaikan suku bunga kebijakan dapat mengembalikan Rupiah ke level fundamentalnya,” jelasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News