Media Asuransi, JAKARTA – Sobat asuransi, pernahkah menilai seseorang hanya dari penampilan atau kesan awal, bahkan sebelum mengenalnya lebih jauh? Itulah yang disebut dengan halo effect. Secara sederhana, halo effect merupakan penilaian berdasarkan kesan pertama yang muncul saat kita melihat seseorang atau ketika orang lain melihat kita.
Konsep ini pertama kali dikenalkan oleh Psikolog Edward L Thorndike sekitar 1920, dan masih sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan kerja seperti saat wawancara, rapat dengan klien, atau interaksi dengan rekan kerja.
|Baca juga: Mau Gaji Sesuai Harapan? Begini Cara Negosiasinya!
|Baca juga: Apakah Perempuan Lebih Rawan Kecelakaan? Simak Fakta Berikut!
Halo effect sangat berkaitan dengan cara berpikir yang penuh asumsi (bias kognitif atau sosial), karena manusia cenderung menilai berdasarkan apa yang tampak secara visual. Dampaknya bisa bersifat positif maupun negatif, tergantung pada kesan yang terbentuk.
Melansir Tugu Insurance, Minggu, 11 Mei 2025, ada dua hal utama yang biasanya memengaruhi halo effect, yaitu:
1. Sifat
Orang cenderung mengkategorikan sifat-sifat seseorang yang baru saja ditemuinya hanya dengan interaksi beberapa kata/tindakan saja. Misalnya cara menyapa dan cara berjabat tangan.
2. Penampilan
Penampilan seseorang yang cakap, rapi, dan memiliki bahasa tubuh sempurna umumnya menunjukkan kesan positif, sedangkan penampilan yang kurang cakap, tidak terlalu rapi, dan bahasa tubuh tidak sempurna lebih menggambarkan seseorang yang memiliki kesan negatif.
Kita mungkin sering tidak menyadari bahwa kita telah mengalami bias dalam menilai seseorang. Bayangkan jika kita keliru menilai calon pekerja pada saat wawancara kerja, keliru menilai calon potensial klien hanya dari penampilannya saja, atau misalnya saat atasan memberikan penilaian kerja secara subjektif kepada bawahannya, tentu dapat berpengaruh pada kinerja organisasi/perusahaan secara tidak langsung.
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati untuk tidak mudah berasumsi, yang dapat menyebabkan kita terjebak dalam halo effect dan menjadi bias dalam menilai. Bias kognitif maupun sosial tersebut pada dasarnya merupakan hal yang melekat dalam diri manusia, sehingga tidak dapat dihilangkan sepenuhnya dari diri kita.
Namun bias tersebut dapat diminimalisir, Sobat Asuransi. Mau tahu caranya? Berikut beberapa tips yang mungkin dapat bermanfaat:
1. Jangan terlalu cepat menyimpulkan
Cobalah untuk tidak menyimpulkan penilaian langsung terhadap kesan pertama ketika bertemu dengan seseorang. Ada baiknya untuk membangun interaksi lebih dalam terlebih dulu, toh kita tidak harus menyimpulkan dengan segera tentang seseorang tersebut bukan.
|Baca juga: SNLIK 2025, Indeks Literasi Perasuransian 45,45% dan Indeks Inklusi Perasuransian 28,50%
|Baca juga: Laba OCBC (NISP) Tumbuh 11% Jadi Rp1,29 Triliun di Kuartal I/2025
2. Membalikkan asumsi
Tentunya memberi label atau membuat asumsi yang tidak berdasarkan bukti apa pun bahkan tanpa adanya sosialisasi atau interaksi dengan orang lain adalah tindakan yang salah. Anggaplah orang itu adalah Anda, ingat Anda sendiri tidak akan pernah rela apabila ada orang lain yang menilai atau berasumsi tentang diri Anda hanya dengan observasi melalui indera penglihatan saja.
3. Be open minded
Jangan langsung terpengaruh dengan kesan pertama yang terlihat dari orang lain. Berusahalah untuk selalu berpikiran terbuka, karena sejatinya setiap karakter individu/manusia itu berbeda-beda. Sikap saling menghargai dan berpikir positif merupakan tindakan paling bijaksana dalam kehidupan sosial.
Namun, perlu diingat kita mungkin tidak luput juga dari halo effect orang lain. Oleh karena itu selalu berikan kesan terbaik kepada orang lain dengan tetap diiringi kualitas diri yang sepadan ya, Sobat Asuransi. Happy working!
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News