Media Asuransi, JAKARTA – The Fed diperkirakan masih belum akan memberi sinyal dovish dalam waktu dekat, mengingat mereka masih belum cukup yakin akan konsistensi penurunan inflasi lebih lanjut, karena kondisi ekonomi AS masih sangat baik, dengan pertumbuhan yang masih tinggi pada kuartal III/2023.
Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – November’s policy rate decision: Maintaining at current level, ekonom Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menerangkan selain volatilitas nilai tukar rupiah, laju inflasi di dalam negeri juga berpotensi untuk kembali naik di bulan November ini, karena terjadi kenaikan signifikan selama dua bulan berturut-turut harga beberapa bahan makanan pokok di Indonesia.
|Baca juga: BI Prakirakan Pertumbuhan Ekonomi Akan Tetap Kuat
Dia menerangkan BI pada Rapat Dewan Gubernur bulan November 2023, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan BI7D reverse repo rate pada level 6,0%, dan suku bunga deposit facility dan lending facility masing-masing sebesar 5,25% dan 6,75%.
“Hal ini di luar ekspektasi kami, dimana kami sebelumnya memperkirakan akan adanya lagi kenaikan suku bunga kebijakan di bulan ini karena ketidakpastian global yang masih tinggi. Kami masih memandang bahwa ke depan risiko volatilitas masih tetap besar, mengingat sampai saat ini masih belum ada kepastian terkait dengan arah dari kebijakan moneter AS ke depan.”
Menurut Rully, keputusan BI pada Rapat Dewan Gubernur terakhir masih akan tetap data dependent, dan akan dipengaruhi oleh perkembangan pasar, khususnya adalah volatilitas nilai tukar. Perkembangan rupiah ke depan masih akan sangat dipengaruhi oleh sentimen global, yaitu pergerakan dolar AS terhadap mata uang lainnya dan hal ini dipengaruhi oleh perkembangan data-data ekonomi AS, terutama data ketenagakerjaan dan inflasi.
“Mengingat kondisi yang masih penuh ketidakpastian kami menilai bahwa kemungkinan BI menaikkan suku bunga di bulan Desember masih terbuka.”
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News