Media Asuransi, JAKARTA – Sobat asuransi, lingkungan kerja punya peran besar dalam membentuk produktivitas dan kenyamanan selama bekerja. Idealnya, semua orang pasti ingin berada di tempat kerja yang mendukung, inklusif, progresif, dan tentunya kondusif.
Sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak sehat tidak hanya berdampak pada performa kerja, tetapi juga bisa mengganggu kesehatan fisik dan mental. Sayangnya, masih banyak perusahaan maupun individu yang menganggap wajar budaya kerja yang terlalu fokus pada produktivitas, atau yang sering dikenal sebagai budaya hustle.
|Baca juga: Bukan Cuma Urus Untung, Ini Rahasia Balanced Scorecard Biar Bisnis Makin Ngebut!
|Baca juga: Jangan Cuma Fokus Cuan! Perusahaan Hebat Pasti Terapkan Prinsip HAM Ini
Budaya ini mendorong orang untuk bekerja sekeras mungkin dengan sedikit waktu istirahat. Meski terlihat ambisius, pendekatan ini justru banyak dikritik karena bisa memicu produktivitas yang tidak sehat dan membahayakan kesejahteraan karyawan.
Lingkungan kerja yang toxic adalah kondisi di mana budaya kerja, interaksi antarrekan kerja, serta profesionalisme tidak berjalan seimbang. Dalam jangka panjang, hal ini bisa berdampak buruk bagi karyawan maupun perusahaan itu sendiri.
Karyawan yang bekerja dalam lingkungan yang toxic bisa mengalami stres, gangguan tidur, hingga masalah mental seperti kecemasan berlebih, kelelahan, dan bahkan depresi. Tentu sobat asuransi tidak ingin terjebak di lingkungan kerja seperti itu, kan?
|Baca juga: Pricing Objective Jadi Strategi Bisnis yang Cocok Diterapkan untuk Pemula, Ini Alasannya!
|Baca juga: Ternyata Ini 5 Alasan Gen Z dan Milenial Tertarik Investasi Emas
Mengutip Tugu Insurance, Minggu, 3 Agustus 2025, yuk kenali beberapa ciri lingkungan kerja yang toxic supaya kita bisa lebih waspada dan mengambil langkah yang tepat:
1. Jam kerja yang berlebihan
Menurut Undang-Undang Cipta Kerja, jam kerja yang ideal adalah tujuh jam per hari untuk enam hari kerja atau delapan jam per hari untuk lima hari kerja, dengan total maksimum 40 jam per minggu. Kalau sobat asuransi merasa bekerja melebihi batas ini secara terus-menerus tanpa kompensasi atau kejelasan, bisa jadi itu tanda lingkungan kerja yang tidak sehat.
2. Kurangnya profesionalisme
Profesionalisme dalam bekerja adalah hal mendasar yang seharusnya dijunjung oleh semua pihak. Tapi kenyataannya, masih banyak lingkungan kerja yang penuh dengan perilaku tidak pantas, seperti merendahkan rekan kerja, mengabaikan pendapat, hingga menggunakan bahasa yang tidak sopan. Situasi ini bisa membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman dan menghambat kolaborasi tim.
|Baca juga: Danantara Diminta Hindari Model Konglomerasi yang Tidak Produktif, Ternyata Ini Alasannya!
|Baca juga: 22 Program Strategis Danantara Dapat Catatan Khusus dari Komisi VI, Apa Itu?
3. Persaingan yang tidak sehat
Kompetisi dalam dunia kerja sebenarnya bisa menjadi motivasi. Tapi jika persaingan justru berubah menjadi intrik antarkaryawan atau antar divisi yang saling menjatuhkan, itu sudah termasuk toxic. Kalau sobat asuransi mengalami situasi seperti ini, penting untuk tidak diam saja. Sampaikan kekhawatiran kepada atasan atau tim HR agar bisa ditindaklanjuti.
4. Senioritas yang berlebihan
Diskriminasi berbasis jabatan maupun usia masih sering terjadi di tempat kerja. Dalam bentuknya yang paling toxic, senioritas bisa membuat karyawan baru merasa tidak dihargai atau bahkan tidak punya ruang untuk berkembang. Padahal, lingkungan kerja yang sehat seharusnya membuka ruang kolaborasi dan saling menghargai, tanpa melihat usia atau posisi.
Kalau sobat asuransi menemukan salah satu atau bahkan beberapa kondisi tersebut di tempat kerja saat ini, jangan anggap remeh. Coba komunikasikan masalah tersebut dengan pihak yang bisa dipercaya, seperti HR atau atasan langsung.
Jika upaya itu tidak memungkinkan, tidak ada salahnya mulai mempertimbangkan untuk mencari tempat kerja baru yang lebih sehat dan suportif demi kesehatan dan masa depan karier sobat asuransi.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News